Monday, January 31, 2011

Di Ujung Gang Dolly

''Perlu memeras otak dan berpikir berkali-kali untuk bisa memutuskan apakah akan tetap tinggal atau pergi. Apalagi jika melihat dompet yang tak pernah menipis karena kucuran rupiah terus mengalir setiap harinya. Belum lagi dengan bonus tambahan yang tak pernah mengering.

''Ah, Dolly memang memiliki medan magnet yang sangat kuat. Sulit rasanya lepas dari dekapan kenikmatan Dolly. Pantas saja jika semakin hari angka perselingkuhan semakin meningkat, karena Dolly mampu memberikan kepuasan bagi para lelaki lajang yang doyan jajan atau para lelaki beristri yang jarang orgasme diranjang.

''Hidup tidak akan menyediakan bangku kosong bagi pecundang seperti kamu, Mila!

''Itulah kalimat tegas dari Tante Mira, mucikari yang menemukanku terasing sendiri tanpa keluarga di Surabaya. Sejenak aku singkirkan alunan kitab suci yang selalu bapak bisikan setiap sebelum tidurku dan nasihat kecil agar aku tak belok dari jalan lurus. Aku teringat rengekan ibu yang memintaku agar cepat bekerja dan mengangkat derajat keluarga, sehingga tak diinjak-injak penjaga warung karena selalu dihutangi. Aku tak mau terus terpuruk dibalik selimut kemiskinan dan membiarkan orang tuaku membanting tulang mencari rupiah. Akhirnya dengan sedikit ragu dan takut, kuputuskan untuk bergabung dengan Dolly. Dengan cara inilah aku bisa bertahan hidup dan memberi makan keenam mulut dikampung: bapak, ibu, dan keempat adikku.

''Waluyo adalah pelanggan Dolly yang pertama kali menembuskan spermanya ke keperawananku. Dia adalah pengusaha kesepian yang tak pernah terpuaskan oleh istrinya yang gila kerja. Dia berhasil meleburkan keraguan dan ketakutanku tentang Dolly. Aku adalah anak emas baginya. Setiap bulan rekeningku selalu basah. Setiap minggu ia tak pernah absen mengunjungiku. Untuk 'bermain' atau sekedar menemaninya minum kopi.

''Seiring dengan berjalannya waktu, aku menikmati kenyamanan dalam hubungan dengan Waluyo. Lebih dari sekedar penjual dan penikmat jasa.

''Sempat terpikir untuk keluar dari Dolly. Menjalani hidup sebagai perempuan normal dan meneruskan hubungan dengan Waluyo sebagai sepasang kekasih ataupun suami istri. Namun Waluyo tak pernah memberikan jawaban saat kulontarkan harapanku. Mungkin ia ragu dan belum siap untuk meninggalkan istrinya yang baik tapi gila kerja dan memilih kupu-kupu malam sepertiku.

''Ah, salahkah jika hatiku tertambat pada lelaki mulia bukan lelaki bejat? Hanya karena aku perempuan yang tubuhnya pernah dijamah dan memiliki rahim kotor karena disinggahi beribu sperma? Atau hanya karena aku perempuan miskin yang dinilai tak bermoral karena menjadi bagian dari Dolly, sehingga untuk memimpikan pernikahan suci pun tidak bisa?''

(Di adaptasi dari novel Existere, Sinta Yudisia)

Sunday, January 30, 2011

Gue Ditipu!

Gue ditipu! Dan sekarang gue sebel dan benci banget sama tuh orang. Empet banget ditipu tukang tipu yang dulu gue anggap temen dan gue sebut sahabat. Bodoh amat tuh orang bakal nemuin blog ini atau nggak. Gue sih berharap iya, biar dia tahu ruginya gue ditipu sama hama wereng kayak dia.

Gue ditipu! Lebih dari sekedar materi. Kepercayaan dan pandangan positif gue tentang dia, amblas semuanya! Lebih lai karena nggak ada sedikitpun usaha dia buat mempertanggungjawabkan masalah ini.

Gue ditipu! Lama-lama gue jadi ngerasa bodoh sendiri. Bisa-bisanya kena tipu orang yang sekarang mukanya males banget gue lihat. Bagusnya, kayaknya tuh orang udah kabur duluan tanpa gue harus capek-capek ngehindar biar ga ketemu dia lagi. Arrrggghhh !!

Thursday, January 20, 2011

Long Time No See...

X : hidup lu lagi flat ya? Kok jarang curhat diblog?
Saya : muke lu tuh, flat! *dezigg

Kata siapa hidup saya flat? Temen saya nggak tahu aja, kalau hidup saya se-keriting dan se-crunchy chitato. Urusan nyampah diblog atau nggak, ya itu sih karena faktor M, males. Lagian kalau boleh nyombong, ini 10 jari udah kebiasaan bikin laporan kuliah daripada curhat.

Kalau mundur ke belakang, selain direpotin tugas, saya sempet dibimbangi sama jurusan kuliah. Soal ini saya nggak banyak cerita, kalaupun cerita sama temen paling cuma selewat aja.

Nggak tahu kenapa, tiba-tiba aja jadi ragu sama pilihan kuliah. Sempet kebawa konformitas temen, pesimis sama masa depan, atau yang lebih menohok lagi karena satu mata kuliah yang bikin jleb dihati. I dont like projection but i already get it, and see that damn projection was true! Saya memang ekstrovert, tapi ada hal-hal yang saya simpan dan tidak ingin diketahui orang, bahkan oleh sahabat atau teman kecil. Tapi terlanjur basah, dan proyeksi membuat semua hal terbuka. It's really make me down cos it's relate to my autorithy figure.

Saya down, tapi mau gimana lagi. Mungkin memang seharusnya diketahui orang. Toh saya juga jadi tahu gimana si A, gimana si B. Lagian saya nggak mau jadi pecundang karena nyerah menghadapi ini.

Sebelnya saya sama proyeksi sama kayak sebelnya saya waktu pertama kali belajar teori behavioristik yang nyamain manusia nggak jauh beda kayak anjingnya Pavlov.

Kalau dipikir lagi, itu kan hanya masalah penggeneralisasian yang bodohnya lagi malah saya lakukan. Karena hanya sebagian teori atau mata kuliah aja yang saya kurang suka, sisanya masih oke. So, saya tetap stay dan membulatkan tekad untuk tidak goyah dan bimbang lagi dengan pilihan kuliah. Setidaknya, selama dunia ini masih dihuni manusia, masa depan saya masih aman-aman aja, karena kata dosen: semua yang berhubungan dengan manusia ya psikologi.