Thursday, October 24, 2013

Kenapa Nggak Boleh Begadang?

....karena dilarang Bang Rhoma. Rentan terkena angin malam, lalu muka pucat karena darah berkurang... *itu sih lagu*

Boleh atau tidaknya seseorang begadang tergantung dari prinsip orang tersebut. Dari segi kesehatan banyak pihak yang melarang aktivitas tersebut. Kalau googling, banyak artikel yang membahas perihal begadang ini dan sebagian besar lebih banyak berisi dampak negatif daripada positifnya.

Saya sendiri termasuk salah satu manusia anti-begadang. Bukan karena tidak mau, tapi memang tidak bisa begadang.

Memang sebagian besar manusia yang begadang itu karena melakukan beberapa aktivitas, misalnya mengerjakan tugas, lembur dikantor atau ngeronda. Bahkan beberapa teman dekat saya ada yang sengaja begadang hanya untuk nonton film atau main games.

Saya nggak habis pikir, kok mau-maunya para makhluk nokturnal itu sengaja nggak tidur demi nonton film atau main games? Kalau masih bisa dilakukan disiang hari, kenapa mesti ambil jatah waktu tidur? Ya, mungkin mereka punya alasan sendiri. Buat saya, tetap tidur itu nomor satu!

Dari pengalaman teman-teman saya, awalnya mereka tidak sengaja begadang karena nonton atau main games. Lalu, semakin hari semakin ketagihan. Akhirnya tubuh pun membuat respon dengan mengubah pola tidur yang biasanya jam 21.00 - 06.00 berubah jadi 00.00 - 09.00 atau lebih siang dari itu. Sehingga wajar, kalau suatu waktu ada orang yang biasa begadang dan ketika mencoba tidur dibawah jam 12 malam, ia mengalami kesulitan. Karena badannya masih ON dan pola kebiasaan tidurnya bukan dijam tersebut.

Tidak sedikit teman-teman yang doyan begadang meminta tips bagaimana cara bisa tidur dan berhenti dari kebiasaan begadang. Mungkin karena mereka tahu saya lulusan psikologi sehingga diharapkan bisa memberikan advice yang bermanfaat atau mungkin juga karena saya itu pelor alias nempel molor. Heu. Karena saya tidak pernah begadang, jadi masukan-masukan yang diberikan pun kurang cocok dengan mereka.

Selain menanyakan tips, ada juga beberapa teman yang tanya apakah saya pernah begadang atau tidak. Jawabannya pernah, tapi tidak sering. Misalnya begadang waktu mengerjakan skripsi. Itu pun juga tidak pernah lebih dari jam 12 malam dan bisa berhasil karena di dopping kopi dan cemilan.

Atau waktu KKN. Karena padatnya aktivitas dari pagi sampai sore, meeting kelompok dilakukan dimalam hari dan bisa selesai sampai jam 2 atau jam 3 dini hari. Otomatis, saya harus mengeluarkan effort yang berat agar bisa bertahan di meeting tersebut. Dan tidak heran kalau ditengah meeting, temen-temen masih fresh dengan ide-ide mereka sedangkan saya duduk dipojokan sambil senderan ke bantal dan menuju alam mimpi.

Bahkan saat pyjamas party dengan cewek-cewek se-gank pun, saya tidur! Waktu itu kami sengaja mau nonton film -dan menurut saya filmnya mampu menghipnotis mata untuk tidur- selain itu, tempatnya dirumah teman saya di Dago-Bandung yang notabene udaranya adem dan enak untuk tidur. Temana-teman sih tidak komentar, karena mereka memaklumi kebiasaan saya haha. Eeh pas giliran mereka mau bikin spaghetti, entah kenapa alarm tubuh menyuruh saya untuk bangun. Pelor dan gembul haha! Ooohhh really miss that momment :')

In the end, apapun itu alasan untuk begadang, tetap tidak baik terutama untuk kesehatan. Karena biasanya beberapa orang yang begadang selalu ditemani kopi dan rokok. So, lebih senang jalanin hidup sehat atau lebih senang mengurangi jatah usia? Its up to you guys :)

"Sleep, even when you're afraid of what the dreams might bring" (Alysha Speer)

(Orat-oret dikala senja, diantara Tol Karawang Timur dan Karawang Barat. Terinspirasi dari seorang teman yang katanya termotivasi tidur lebih awal karena saya. Semoga konsisten ya!)

Wednesday, April 3, 2013

The Time Keeper

Sepanjang menjadi seorang pembaca buku, saya tidak begitu tertarik dengan buku luar (terjemahan). Kecuali buku-buku Nicholas Sparks yang sebagian diangkat ke layar lebar dan menjadi favorit saya seperti The Notebook, Dear John, A Walk to Remember, Night in Rodanthe, dll.

Sampai suatu waktu, seorang teman menyarankan saya untuk membaca buku Mitch Albom. Yang saya ketahui belakangan ternyata Ia seorang penulis Amerika berusia 55 tahun dan wajah mudanya sekilas mirip dengan dosen favorit saya dikampus hehe.

Akhirnya saya beli salah satu bukunya, The Time Keeper. Gaya bahasanya sederhana. Tema yang diangkat pun begitu, yaitu tentang waktu. Tetapi berhasil membuat si pembaca begitu tergugah setelah membacanya. Menyadari bahwa setiap detik yang dimiliki begitu berharga. Mengajak kita untuk merenungi kebiasaan manusia yang seolah-olah selalu kehilangan dan kekurangan waktu dan lupa untuk berucap syukur atas kesempatan hidup dan kebahagiaan yang telah Tuhan anugerahkan.

Dari buku tersebut, ada beberapa potongan kalimat yang saya favoritkan:

"Hanya manusia yang mengukur waktu. Itu sebabnya hanya manusia yang mengalami ketakutan hebat yang tidak dirasakan makhluk lainnya. Takut kehabisan waktu."

"Waktu bukanlah suatu yang bisa kau kembalikan. Saat berikutnya mungkin merupakan jawaban atas doamu. Menolaknya berarti menolak bagian yang paling penting dari masa depan"

"Ada sebabnya Tuhan membatasi hari-hari kita. Supaya setiap hari itu berharga"

Buku ini sangat direkomendasikan, tidak hanya sebatas teman pengisi waktu luang saja tetapi bisa menjadi pencerahan bagi jiwa-jiwa yang tidak pernah puas -terutama dengan waktu.

Dan tentunya Mitch Albom ini akan masuk ke dalam deretan penulia favorit saya.

Selamat dan tetap membaca :)