Wednesday, March 31, 2010

Lupa-Lupa (Nggak) Ingat



Tentu anda sering lupa, kan? Apakah lupa menyimpan uang, lupa tidak membawa buku, lupa dimana menyimpan kunci mobil atau motor, lupa sama teman lama dan berbagai lupa lainnya. Namun tentu saja, lupa yang anda alami dan pengalaman yang akan saya ceritakan lewat tulisan ini tidak sama dengan lupa dalam video Alzheimer diatas.

Dalam keluarga, saya memiliki dua orang nenek, salah satu nenek saya yang sering saya panggil dengan sebutan ‘Mbah’, akhir-akhir ini sering lupa. Awalnya saya menganggap biasa dengan kebiasaan lupa yang Mbah alami, namun ketika hal tersebut terjadi berulang kali dan menjadi topik utama diantara keluarga saya, saya menjadi was-was sendiri.


Misalnya pas makan malam, saya makan berdua bersama Mbah. Tapi selang 10 menit setelah kami selesai makan, Mbah tiba-tiba bertanya kepada saya: “Kok, kamu nggak makan?”. Pernah juga Mbah 3 kali kelupaan menyimpan uang pemberian Tante saya bahkan Mbah juga lupa kalau Tante saya pernah memberinya uang.


Terkadang lupa-nya Mbah tidak jarang membuat saya dan Tante saya keki sendiri.


Pernah suatu pagi Mbah beli candil dua bungkus dan menyimpannya dimeja, lalu Mbah pergi kekamar untuk mengambil uang dan membayar candil tersebut. Pas balik lagi ke meja untuk mengambil candil, Mbah nanya.

Mbah: Kok candilnya dua? Siapa yang ngambil satu?

Saya : Nggak tahu, Mbah. Kan tadi Mbah nyimpennya cuma dua.

Mbah : Nggak, kan tadi beli tiga. Siapa yang makan satu lagi? Si Bu’le udah ngambil belum, coba tanyain.

Saya : Bu’le-nya juga udah berangkat kerja barusan. Tadi nggak bawa apa-apa da.

Mbah : Coba tanyain, takut udah ngambil satu.

Akhirnya, saya bela-belain telpon Tante saya hanya untuk menanyakan apakah Tante saya mengambil candil atau tidak. Walaupun jawaban Tante saya tidak, tapi Mbah tetep kekeuh bahwa Tante saya sudah mengambil candilnya.


Contoh lainnya, ketika Tante saya lupa menyimpan kunci kamar yang masih menggantung dipintu kamarnya. Tante saya menelpon Mbah untuk menyimpankan kunci kamarnya tersebut. Pas sore harinya, saya disuruh Tante saya untuk menagih kunci kamar yang disimpan Mbah.

Saya : Mbah, kata Bu’le disuruh ngambil kunci kamar yang tadi disimpen Mbah.

Mbah : Yehh, nggak tahu.

Saya : Tadi kata Bu’le dititipin di Mbah.

Mbah : Nggak tahu, Mbah mah nggak pernah ngurusin kunci kamar orang, masuk kamarnya juga nggak berani… bla… bla… bla… (Mbah jadi marah-marah)

Ujung-ujungnya, karena Mbah nggak ngaku (lupa), saya dan Tante saya sibuk mencari-cari kunci yang tadinya disimpen oleh Mbah.


Serba salah memang ketika saya dan orang rumah menanggapi kebiasaan lupa Mbah tersebut. Kadang-kadang kesel dan emosi, pengen marah tapi takut menyinggung Mbah, kalau diam saja malah kesel sendiri. Dan akhirnya, hanya toleransi dan banyak-banyak maklum adalah cara yang pas untuk merespon kebiasaan lupa Mbah tersebut.


Menjadi tua adalah pasti, menikmati tua adalah pilihan.


Sunday, March 7, 2010

SURPRISE !!!

Kurang lebih 5 hari setelah usia saya menginjak kepala dua, saya mendapat kejutan special dari sahabat-sahabat saya. Begitu special karena kejutan ini saya nanti-nantikan (hhehe) dan begitu mengejutkan karena pada hari itu juga saya di make-over menjadi princess, lengkap dengan dandanan dan dress yang begitu girly serta mahkota mungil ala putri-putri dalam dongeng Walt Disney.

Agak sedikit merasa risih dan malu juga dengan dandanan dan dress yang melekat dibadan saya, bukan karena bentuk lehernya yang begitu terbuka tetapi karena saya menggunakan dress tersebut tanpa short. Kondisi tersebut terpaksa membuat saya untuk extra hati-hati saat duduk atau berjalan, apalagi jika mengingat kebiasaan saya yang kurang bisa mengontrol cara jalan. Untungnya juga saya terhindar dari masuk angin. hhe.

Awalnya sih rada takut dengan hasil karya teman-teman saya, takutnya malah lebih ancur dari yang aslinya, tapi setelah dilihat hasil akhirnya, ya not bad lah.

beginilah hasil karya sahabat-sahabat saya dan jadilah saya si princess kamar mandi. hhe

tidak jauh berbeda dengan Princess Aurora dalam Sleeping Beauty

soooooo girly....

cute princess bersama dua dayang-dayang

bersama teman bermain dan belajar yang hebat !

Tidak hanya itu, kejutan berikutnya datang dalam bentuk short video yang berisi testimony ucapan selamat ulang tahun dari 20 teman-teman kampus saya. Lucunya, sebagian besar dari mereka memberikan doa yang sama yaitu agar saya cepat mendapat jodoh. Ahh, andaikan doa-doa mereka seperti pesanan pizza yang tinggal menunggu 15 menit saja untuk kedatangannya, tentu saya tidak perlu bersusah payah mengamini semua doa tersebut. Mungkin, telinga mereka sudah panas karena keseringan mendengar impian saya untuk bisa menikah muda. Terimakasih untuk semua doanya, kawan.

Tentunya, kejutan tidak akan lengkap tanpa adanya make a wish dari si empu yang ulang tahun. Tenang dulu, bukan menikah muda yang menjadi doa saya di usia yang ke-20 ini, bahkan target menikah pun belum saya masukkan dalam daftar resolusi yang ingin saya raih diusia ini. Terlalu cepat rasanya jika saya berkeinginan untuk menikah, toh usia saya masih sangat muda untuk melangkah ke arah sana, ya selain karena belum adanya sinya-sinyal dari kedatangan sang pangeran berkuda. So, keinginan untuk menikah muda yang dulu sering saya umbar-umbar, saya simpan dulu. Karena saat ini banyak impian yang ingin saya capai dalam dunia perkuliahan maupun karir, ya mudah-mudahan saja bisa membuat saya lebih 'menjual' dimata semua orang. Ganbatte !

Orang sabar disayang Tuhan, orang ganteng disayang Detria Eka Mulyaningtyas. ^_^

Friday, March 5, 2010

Air Oh Air

"Tyas.. Mandi !"
"Bentar, lagi nanggung..."

"Udah mandi belum? Keburu malem lho.."
"Males kena air, dingin..."

Kalau kebiasaan malas mandi saya lagi kumat, pasti percakapan diatas yang sering terdengar di rumah.

Sori-sori aja, saya sih sebenarnya bukan tipikal gadis yang jorok, tapi kalau setan malas lagi mendominasi, rasanya berat banget untuk melakukan aktivitas pembersihan diri tersebut. Alasannya macam-macam, entah itu karena lagi nanggung atau nggak mau kena dinginnya air. Ya walaupun dengan malas-malasan tersebut saya paksakan untuk tetap mandi daripada dapet protes dan omelan dari orang rumah.

Nah, giliran saya lagi rajin mandi, airnya nggak ada ! Isi toren habis ! Nah lho...

Hari sabtu ini, hampir sebagian besar air didaerah saya sedang mati dan tidak mengalir. Mungkin ada yang salah dengan pihak PDAM, sehingga menyetop pengaliran air. Efeknya, mulailah bermunculan teriakan-teriakan dari ibu-ibu yang protes karena ketiadaan air ini. Ada yang ngomel karena nggak bisa nyuci, mau masak, sampai ada yang bingung gimana nanti kalau mau pipis atau pup.Atau ada juga seorang ibu yang berteriak : "Mendingan nggak punya duit, daripada nggak punya air !"

Untungnya masih ada persediaan air galon yang digunakan keluarga saya untuk masak, minum atau cuci piring. Jadi, walaupun tak ada air, setidaknya persediaan masakan tidak terhambat dan terselamatkan.

Lalu, bagaimana dengan nasib saya ?

Dengan terpaksa, hari ini saya harus rela untuk mencuci muka, gosok gigi dan ganti baju saja tanpa mandi demi menghemat persediaan air. Hehe..

Air oh air...

Sahabat = Cinta

Ada sebuah statement yang menyatakan tentang ketidakmungkinan hubungan pertemanan atau persahabatan yang pure diantara pria dan wanita, yang secara tegas pernah saya bantah ketika saya masih begitu arogan memperlihatkan keintiman saya dengan sahabat lelaki saya kepada semua orang.

Ahh, saya jadi risih menyebut dia dengan sebutan sahabat. Karena pada kenyataannya cerita yang saya jalani tidak semurni arti persahabatan itu sendiri. Yang akhirnya mengantarkan saya untuk berhijrah dari sikap bantahan menjadi sikap (hampir) mempercayai statement tersebut.

Wajar memang, jika ada salah satu band yang memberi judul 'Sahabat Jadi Cinta' pada salah satu lagu mereka. Karena sekuat apapun mereka _pria dan wanita yang mengaku bersahabat_ membangun pertahanan diri untuk tidak saling jatuh cinta, tetap saja kemungkinan datangnya panah-panah asmara tetap ada.

Uppss, apakah saya terlalu berburuk sangka ?

Ya, memang sekarang saya sangsi dengan kemurnian status persahabatan. Keyakinan tersebut saya simpulkan berdasarkan pengalaman yang saya dan teman-teman saya alami. Ditambah lagi dengan banyaknya sinetron atau film yang menceritakan kisah persahabatan yang berujung cinta.

Saya merasakan kekecewaan dan ketidakpuasan dalam persahabatan, makanya saya berkeyakinan seperti itu. Saya benar-benar kecewa dengan rusaknya hubungan yang sudah terjalin lama karena kebodohan saya sendiri dan sering bertanya kenapa bisa begini atau kenapa bisa begitu.

Kadang saya iri saat melihat keakraban teman kampus saya dengan sahabatnya yang berlawan jenis. Mereka sering bercanda, curhat, berdiskusi, bahkan sampai mengeluarkan ejekan yang mengingatkan saya dengan sahabat saya. Kadang saya juga kagum dengan mereka yang masih dapat mempertahankan jalinan persahabatannya, karena banyak hal yang bisa dilakukan dalam persahabatan tetapi tidak bisa dilakukan dalam hubungan percintaan.

Selamat bagi anda yang masih menjalin persahabatan dengan sahabat yang berlawan jenis. Saya ikut berbahagia.

Wednesday, March 3, 2010

Perempuan dan Galon

Suatu hari ibu saya pernah berkata kepada saya:

“Perempuan itu kayak galon, kalau segelnya rusak ngga bakal ada yang beli.”

Saya sudah lupa, kapan tepatnya ibu saya mengatakan hal tersebut. Entah sebagai peringatan agar saya menjaga diri dengan baik sebagai perempuan atau hanya intermezzo belaka sebagai pelengkap aktivitas pembelian minuman galon.

Pernyataan tersebut kembali teringat setelah saya membaca novel “Garis Perempuan” karya Sanie B.Kuncoro. Novel tersebut menceritakan tentang 4 perempuan dengan perjalanan hidup mereka yang berbeda-beda. Menariknya, dari keempat cerita tersebut berkaitan dengan keperawanan dan segala tetek-bengekna. Pertama, tentang seorang perempuan yang menjual dirinya seharga 250ribu untuk satu kali hubungan suami istri dengan suami yang terpaksa ia nikahi. Dan ia harus melakukan aktivitas ‘jual beli’ tersebut sebanyak 100 kali untuk membayar utang ibunya sebesar 250juta rupiah. Kedua, masih tentang seorang perempuan yang terjebak dalam kungkungan uang dan keperawanan yang terancam sebagai imbalannya, namun dalam packaging yang berbeda. Ketiga, tentang perempuan yang terjebak dalam suatu hubungan yang dilandasi atas suatu perasaan yang tidak ia dapatkan dimasa lalunya dan lagi-lagi semuanya masih berkaitan dengan persoalan keperawanan. Dan yang terakhir tentang seorang perempuan keturunan yang terjebak dalam tradisi keperawanan yang dianut keluarganya.

Dalam cerita ketiga, diceritakan tentang tradisi saputangan yang dipercaya oleh orangtua-orangtua keturunan, dimana ketika seorang perempuan menikah maka ibu mertuanya akan menyiapkan saputangan putih untuk menampung darah perawan. Sebuah bukti fisik ‘berdarah’ yang akan membuktikan bahwa seorang perempuan itu original, belum terjamah dan murni. Bisa dibayangkan betapa pentingnya bukti fisik tersebut dalam menyikapi perawan atau tidaknya seorang perempuan. Dan tentunya akan menjadi beban berat bagi perempuan dalam menjaga keperawanannya agar mereka dapat membuktikan bahwa mereka masih murni dengan mempersembahkan sebercak darah perawan untuk ibu mertua.

Yang menjadi pertanyaan: seberapa pentingkah sebuah keperawanan itu?

Bagi sebagian masyarakat kita, tentu keperawanan menjadi hal yang penting, mengingat prinsip menjaga keperawanan masih berlaku dalam norma-norma di negara timur seperti Indonesia.

Lalu, spesifikasi dari keperawanan itu seperti apa? Apakah perempuan yang perawan itu ditandai dengan masih utuhnya selaput dara, sehingga ketika berhubungan intim ia akan mengeluarkan darah perawan? Jika dinilai dari dimensi tersebut, tentu tidak adil bagi saya sebagai perempuan. Karena bisa saja peristiwa robeknya selaput dara itu bukan hanya karena hubungan intim saja, tetapi bisa juga karena olahraga atau kecelakaan. Nah, apakah perempuan yang selaput daranya robek karena olahraga tersebet dianggap tidak perawan ? Tentu tidak, kan.

Jika ingin adil, mungkin bisa saja kita sebagai perempuan memberikan satu standar bahwa nilai keperawanan perempuan bagi pria sama pentingnya dengan nilai keperjakaan pria bagi pasangannya. Tapi siapa yang bisa menjamin? Bagaimana kita bisa melihat apakah pria atau calon suami kita itu masih perjaka atau tidak?

Pembahasan mengenai apa dan bagaimana keperawanan itu memang beragam dan tidak ada jawaban yang pasti karena setiap orang memiliki pandangannya sendiri. Namun ada baiknya jika keperawanan dipandang sebagai suatu nilai, bagaimana seorang perempuan mempertahankan akhlak dan jati dirinya sebagai perempuan untuk dipertanggungjawabkan kepada calon suaminya. Karena jika keperawanan hanya dipandang sebagai robeknya selaput dara, akan terasa tidak adil bagi perempuan yang selaput daranya robek bukan karena hubungan suami istri.

Toh, galon yang bersegel rusak pun masih tetap dapat dimanfaatkan sebagai air minum. Begitu pun juga dengan perempuan, bahwa kerusakan selaput dara _karena olahraga atau kecelakaan_ tidak selamanya mencerminkan ketidakperawanan perempuan, karena bisa saja perempuan tersebut memiliki nilai keperawanan yang jauh lebih berharga jika dibandingkan dengan selaput tipis tersebut.

Be strong girl !!!

Lembayung Tahun Lalu

______________________________________________________________________________

Sore itu, dibawah temaram lembayung senja, tiga maret nol sembilan.
Kurasakan begitu indahnya semburat cahaya lembayung dikala hangat matahari kan bergantikan dengan dinginnya malam. Aku terpaku, menatap sinar euforia yang terlukis bergitu indah dihadapanku. Harta karun dunia yang sempat tersembunyi itu kini keluar menampakkan wajahnya walaupun perlahan gelap mulai menyelimuti.

Aku diam. Terbawa dalam alam penuh pesona. Perlahan namun pasti kurasakan setiap inci tubuhku naik menuju langit ke tujuh. Alam menyambutku dengan membukakan pintu gerbang negeri di atas awan. Hanya untukku. Meskipun aku datang tak diundang dan tanpa ucap salam.

Semakin aku terhanyut semakin aku ingin menghampiri dan mencoba menggapai keindahan dunia yang terekam indah dalam lensa mataku. Menjulurkan tangan kosongku tuk berusaha meraih indahnya. Berusaha mendekap mesra hangatnya. Atau hanya sekedar merasakan hembusan keindahannya melewatiku.

Namun kurasakan lembayung itu menjauh sedikit demi sedikit dari keberadaanku. Perlahan gelap malam mulai menutupi wajah cantik matahari senjaku. Seakan malam iri dengan kekaguman yang kupersembahkan untuk penghuni sore itu.

Aku marah. Melihat lembayung yang semakin pudar tertutup malam. Aku diam. Karena tak bisa melampiaskan asaku. Aku tertunduk. Melihat malam yang tersenyum menggantikan lembayung itu.

Tiba-tiba aku tersentak. Saat itu pula aku tersadar. Alam sadarku menciptakan sebuah tanya dibalik keindahan yang sekejap sempat kurasakan itu. Sebuah tanya yang tak ku temukan jawabnya. Sebuah tanya dibalik asa egoku. Sebuah tanya yang belum sempat kusampaikan pada lembayung senja itu. Apakah semua ini benar adanya atau hanya refleksi mimpiku ???

______________________________________________________________________________

Tulisan diatas pernah saya publikasikan di facebook kurang lebih setahun yang lalu. Bisa dibilang, termasuk kedalam jajaran tulisan favorit saya. Setiap saya membacanya, terkadang saya berpikir kenapa saya bisa menulis tulisan selebay dan mendayu-dayu seperti itu.

Benar kata orang, Kalau seseorang sedang mengalami jatuh cinta, patah hati, seneng, sedih, atau perasaan lain, terkadang lebih mudah mengungkapkan perasaan tersebut baik dalam tulisan, lagu atau apapun. Dan saya berada di option pertama ketika menuliskan tulisan tersebut.

Hmmm.. saya jadi rindu merasakan perasaan itu lagi.

Pengantar Dari Si Ayam

Hai dunia !

Terimakasih untuk anda yang dengan rela meninggalkan beberapa aktivitas berharga demi menyempatkan diri untuk membaca tulisan cakar ayam ini. Ini bukan tentang tulisan cakar ayam atau tentang penjelasan mengenai bagaimana cara menulis cakar ayam yang baik, apalagi sampai berpikir bahwa ini adalah tulisan seekor ayam. BIG NO ! Ini hanya sekedar pengantar atau bahasa kerennya ‘mukadimmah’ dari blog terbaru saya.

Sebelumnya saya pernah memiliki blog, yang saya gunakan sebagai penampungan celotehan-celotehan saya atau sekedar ajang pelampiasan diri. Namun sayang seribu sayang, karena adanya sedikit gangguan teknis dengan blog lama, jadi saya terpaksa membuat blog baru dan terpaksa harus menenggelamkan blog lama tersebut demi keamanan dunia per-blog-an.

Jika ditanyakan gangguan teknis seperti apa dalam blog lama saya, sebenarnya hanya gangguan yang sepele. Ibarat kulit cabe yang menempel di gigi tanpa sengaja setelah memakan rendang atau makanan berbumbu cabe lainnya. Kecil dan tipis. Namun dari hal kecil tersebut lumayan memberikan imbas yang cukup berarti, khususnya bagi saya. Sama halnya dengan kulit cabe yang menempel tersebut, walaupun kecil tetap saja akan mengganggu penampilan si pemilik gigi yang ditempeli kulit cabe tersebut.

Nah, sebelum gangguan teknis dari kulit cabe tersebut semakin merajai dan mengganggu ke bagian lain, jadi lebih baik saya (dengan sengaja) menghilangkannya blog lengkap dengan isi posting dan background cerita didalamnya.

Welcome to the yellow blog !