Wednesday, October 26, 2011

Pagi di 27 Oktober 2011

---------------------------------------------------
Dan kekaguman itu datang bukan saja lewat moment tatap muka dan obrolan hangat, tapi melalui sebuah gambar bergerak dan tulisan tangan.
Besar harapan yang disisakan oleh kekaguman itu:
andai suatu saat nanti Tuhan mengijinkan kita untuk -tidak hanya sekedar- bertemu, tetapi juga berbincang dan berkarya. Amin.

(sebuah pagi, yang mempertemukan kita dalam ruang dunia maya)
----------------------------------------------------

Tuesday, October 11, 2011

Balada Kancil dan Kura-Kura

Alkisah hiduplah seekor Kancil, ia beruntung sekaligus malang. Ia beruntung karena dianugerahkan oleh Tuhan kemampuan berlari yang cepat dan ia pun malang karena selalu merasa takut kehilangan kemampuannya tersebut.

Sebutlah Kura-kura, si hewan lelet yang menjadi petaka bagi Kancil. Entah untuk alasan apa, Kancil selalu merasa takut tersaingi oleh Kura-kura, terutama dalam hal kemampuan berlari. Padahal sangat jelas bahwa Kura-kura tidak mungkin mengalahkan Kancil dalam hal berlari. Untuk menempuh jarak 100 meter pun, Kura-kura menghabiskan waktu selama 1 jam, berbeda dengan Kancil yang mampu melewati jarak tersebut dalam hidungan detik.

Semakin Kancil merasa tersaingi oleh Kura-kura, semakin kura-kura tidak mengerti apa alasan yang tepat dari apa yang Kancil lakukan.

Akhirnya Kura-kura pun membuka suara: "Kancil sahabatku, aku bukan rival yang tepat untukmu. Kemampuan berlariku jauh dibawah kemampuan berlarimu. Kalau kau tetap merasa aku sainganmu, itu merupakan hal yang sia-sia. Karena Tuhan tidak menakdirkanku untuk dapat berlari melebihimu. Lihatlah keluar sana, masih ada Cheetah atau bahkan Rio Haryanto, pembalap muda Indonesia, yang bisa menjadi saingan yang tepat daripada aku."

Kancil membalas dengan melangkah pergi. Tidak mengindahkan ucapan Kura-kura.

Baginya, Kura-kura tetap menjadi saingannya, untuk alasan yang se-irasional apapun yang sama sekali tidak pernah Kura-kura ketahui sampai Kancil sendiri yang menyatakannya.

Kue Lupis, Studio Acil, Stik Drum

Jika kau rindukan aku, temui aku dalam mimpimu.

Sunday, October 2, 2011

Si Ojan (datang lagi)

Ini pertama kalinya saya kembali bercerita tentang keanehan eh kelucuan Si Ojan -sepupu saya yang paling kecil- Saya juga lupa, kapan terakhir kali saya mendeskripsikan apa yang dialami Ojan melalui kata-kata. Hmmm, mungkin waktu masih di blog yang lama.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Ketika itu, Ojan pulang kerumah sambil menangis. Bukan karena jatuh dan terluka, atau karena rebutan bola dengan temannya, tapi...

Ojan: Mamaaa... dede nggak mau masuk neraka....
Ibu Ojan: Kenapa gitu, de?
Ojan: Kiamat teh apa, Ma? Surga teh apa?

Berani taruhan deh, emaknya Ojan pasti bingung gimana ngejelasin konsep kiamat dan surga sama si kunyit berumur 8 tahun yang masih ngempeng kalau mau bobo.

Ibu Ojan: Tahu dari mana de?
Ojan: ..... Surga teh apa, Ma?
Ibu Ojan: Hmmm.. surga itu tempat orang baik yang udah meninggal. Kalau dedenya baik, nurut sama Mama, nurut sama Papa, nggak ngomong kasar, nanti masuk surga.
Ojan: Nanti ada Aa, Mama sama Papa disurga?
Ibu Ojan: Ada.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Setelah kejadian itu, Ojan jadi makin nurut dan jarang ngomong kasar lagi lho pemirsa... Alhamdu...lillah. Be a good boy ya sayang :)