Sunday, December 4, 2011

Smaradhana

"Smaradhana adalah sebuah legenda mengenai kedahagaan dua hati di dunia yang fana. Ketika Batara Kama dan Batari Ratih harus menjalani keterpisahan yang membelenggu mereka. Kama hidup tanpa wujud dalam hati laki-laki, sementara Ratih dalam hati perempuan. Rasa hati di dalam setiap manusia hadir dari peran mereka. Mereka yang selalu terpisah dan selalu ingin untuk bersatu, walau kesempatan itu tidak mudah. Terjal dan Berbatu."

Paragraf diatas merupakan sebuah kutipan cerita tentang legenda Smaradhana. Kemunculannya diiringi rasa penasaran setelah mendengar berulang-ulang kata Smaradhana dalam lagu Smaradhana-nya Chrisye (ciptaan Guruh Soekarno Putra) dan lagu Juwita yang dicover oleh Aditya. Semoga lain hari, bisa mengintip legenda Smaradhana lebih dalam lagi, untuk berkesempatan menyapa Kamajaya dan Kamaratih :)

Monday, November 28, 2011

Ruang Imajiner yang Ku Ceritakan pada Bing

"Bing, bolehkah aku bercerita tentang sesuatu? Tentang sebuah tempat yang ku beri nama Ruang Imajiner, tempat bermainku yang baru."

"Tempat apa itu? Saya boleh tahu?"

"Sebuah tempat dimana aku bisa menikmati apa yang tidak bisa ku nikmati secara nyata. Sebuah tempat yang tidak nyata namun kuanggap nyata. Sebuah tempat dimana aku menikmati dia sebagai suatu imagologi.

Ketika orang-orang berkata bahwa imagologi itu tidak terlepas dari teknologi dan hadir dalam bentuk televisi maupun media massa, nyatanya aku menemukan esensi imagologi dalam dirinya."

"Memangnya siapa yang kau maksud dengan 'dirinya'?"

"Dia.. Ya dia yang hadir dalam bentuk imagologi, yang membawa aku ke dalam imaji tentang realitas yang pada titik tertentu dianggap sebagai realitas itu sendiri."

"Maksudnya?"

"Aku sedang menikmati dunia ketidak-nyataan yang kuanggap nyata, Bing. Bahkan terkadang, aku pun sulit membedakan mana dunia tidak nyata yang dianggap nyata atau dunia nyata yang banyak ketidak-nyataan.

"Bagaimana bisa kamu menemukan dia dalam ketidak-nyataan yang kamu sebutkan tadi?"

"Aku menemukannya dalam kontemplasi cinta pada Sang Maha Cinta. Dari serpihan-serpihan doa yang baru Tuhan wujudkan dalam dunia paralel."

"Dunia paralel? Tempat apa lagi itu?!"

"Dunia paralel tercipta saat suatu peristiwa terjadi, dimana ia merupakan lawan dari peristiwa itu. Dunia paralel itu seperti dunia yang sedang kita alami ini, it's similar but not exactly the same. Itu kata orang-orang yang menamakan dirinya sebagai Ahli Fisika Kuantum.

Ketika didunia nyata, dia hanyalah sebuah imagologi. Aku yakin, di dunia paralel sana dia tercipta sebagai sesuatu yang nyata."

"Ah, ceritamu sulit dimengerti. Ruang imajiner, imagologi, dunia paralel... semua itu khayalan!"

"Aku tak butuh pengertianmu, Bing. Cukup gunakan intuisimu untuk merasakan ceritaku. Betapa sulitnya aku membawa diriku kembali kedalam realitas nyata. Terlepas dari perangkap imagologi tentang dia.

Lama-lama, aku juga kesal dengan tahap formal operational-nya Piaget yang membawaku pada satu fase dimana aku mampu berpikir abstrak tentang sesuatu hal tanpa mengalaminya secara konkrit. Dimana aku melihat dia yang nyata tapi hanya mampu menikmatinya dalam ketidak-nyataan, dalam bentuk imagologi di sudut ruang imajiner.

Tapi, dari sana aku bersyukur, setidaknya dengan tahap ini aku masih memiliki kesempatan untuk menikmati dia walaupun dalam ketidak-nyataan."

"Ah, kau ini aneh..."

"Biarlah orang-orang menganggapku aneh atau bodoh, Bing. Toh aku pun memang sedang asyik menikmati kebodohan ini.

Terimakasih sudah mendengarkan ceritaku, Bing. Ruang imajiner ini terbuka, untuk siapapun yang menikmati ketidak-nyataan dalam dunia nyata."

Tuesday, November 15, 2011

Pertanyaan Pagi

Sebenarnya, kita itu hidup dimana?
Hidup di dunia palsu yang dianggap nyata atau hidup di dunia nyata yang banyak kepalsuan?

Friday, November 11, 2011

Chaos

Adalah suatu tema yang pernah secara tidak sengaja disinggung oleh dosen favorit saya dalam kelas Psikologi dan Postmodernisme. Secara singkat sebenarnya. Sekilas seperti tayangan iklan yang kadang lebih tertarik untuk tidak kita tonton. Tapi nampaknya, tema itu telah menarik perhatian saya.

Sederhananya, chaos theory adalah suatu pemahaman dimana sesuatu yang sederhana dapat menciptakan sesuatu yang kompleks. Ketika manusia menemukan bahwa atom adalah partikel kecil yang fundamental dari semua elemen didunia ini, manusia percaya bahwa tidak ada sesuatu yang dasar dan lebih kecil lagi dibandingkan atom. Namun kemudian, kepercayaan bahwa atom adalah partikel kecil tersebut berubah drastis seiring munculnya fakta bahwa ada partikel yang lebih kecil lagi yang menyusun atom, yaitu proton dan netron. Hal ini pun mungkin saja terbantahkan jika suatu saat nanti ada penemuan baru bahwa ada hal lain lagi yang lebih kecil dari proton dan netron.

Ketika manusia mulai mempercayai suatu konsep tertentu, manusia dikejutkan lagi oleh penemuan baru yang menyatakan bahwa konsep yang sudah kita ketahui tidak sepenuhnya benar. Karena nyatanya, selalu ada bagian lain yang lebih kecil dan lebih sederhana lagi.

Seperti dengan tulisan ini. Tersusun dari paragraf-paragraf yang tersusun dari kalimat-kalimat. Kalimat-kalimat tersebut tersusun dari kumpulan kata. Kata tersusun lagi dari berbagai huruf-huruf. Huruf tersusun dari titik-titik (dots) yang saling berhubungan dan beraturan. Titik inilah yang menjadi partikel paling dasar dari tulisan ini.

Segala sesuatu yang besar selalu berasal dari sesuatu yang kecil dan sederhana. Sehingga wajar jika ada suatu pemahaman yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang berjalan secara kebetulan. Karena segala hal didunia ini mematuhi suatu aturan tertentu.

Saat kita merasa pusing kita langsung mencari tempat tidur untuk mengistirahatkan tubuh kita. Saat kita tersedak kita langsung mencari minum untuk menetralkan tenggorokan kita. Saat ada sesuatu yang mengagetkan kita langsung terkejut ataupun berteriak. Itu merupakan bagian kecil dari kejadian-kejadian yang pernah kita alami sehari-hari. Tapi apakah kita yakin bahwa semua hal tersebut berjalan sesederhana itu?

-------------------------------------------------------------------------------------------------

dan bahwasanya apa yang saya lakukan -berkaitan dengan penetapan standar ideal yang sudah terbentuk dari seseorang dan sepertinya tidak dapat dicapai oleh seseorang lain, ternyata tanpa disadari hampir mampu dicapai oleh seseorang yang lainnya lagi- merupakan bagian kecil dan sederhana dari bagian yang besar dan kompleks yang berjalan dengan aturan tertentu, bukan dari sesuatu yang muncul secara kebetulan. Saya percaya itu.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Wednesday, November 9, 2011

Empat Hal Saja

Pertama, anda seorang Jawa. Saya mengenalnya dari kata Jawa yang melekat pada nama Anda. Seperti saya mengenal kata 'ningtyas' pada nama saya.

Kedua, saya menyukai lelaki Jawa. Karena lelaki Jawa itu tegas dan apa adanya (setidaknya itu yang saya pikirkan), seperti saya menyukai lelaki Jawa lainnya, Eross Chandra dan Satriyo Yudi Wahono atau Piyu.

Ketiga, saya mengagumi tulisan tangan anda. Sederhana namun sarat makna, yang secara diam-diam pernah saya baca.

Malangnya, hal keempat adalah Tuhan belum mengijinkan kita untuk berjumpa. Rasanya seperti ingin tapi tidak ingin. Ah biarlah. Toh, saat ini saya betah dengan aktivitas yang saya beri nama: 'diam-diam menikmatimu lewat tulisan'

Wednesday, October 26, 2011

Pagi di 27 Oktober 2011

---------------------------------------------------
Dan kekaguman itu datang bukan saja lewat moment tatap muka dan obrolan hangat, tapi melalui sebuah gambar bergerak dan tulisan tangan.
Besar harapan yang disisakan oleh kekaguman itu:
andai suatu saat nanti Tuhan mengijinkan kita untuk -tidak hanya sekedar- bertemu, tetapi juga berbincang dan berkarya. Amin.

(sebuah pagi, yang mempertemukan kita dalam ruang dunia maya)
----------------------------------------------------

Tuesday, October 11, 2011

Balada Kancil dan Kura-Kura

Alkisah hiduplah seekor Kancil, ia beruntung sekaligus malang. Ia beruntung karena dianugerahkan oleh Tuhan kemampuan berlari yang cepat dan ia pun malang karena selalu merasa takut kehilangan kemampuannya tersebut.

Sebutlah Kura-kura, si hewan lelet yang menjadi petaka bagi Kancil. Entah untuk alasan apa, Kancil selalu merasa takut tersaingi oleh Kura-kura, terutama dalam hal kemampuan berlari. Padahal sangat jelas bahwa Kura-kura tidak mungkin mengalahkan Kancil dalam hal berlari. Untuk menempuh jarak 100 meter pun, Kura-kura menghabiskan waktu selama 1 jam, berbeda dengan Kancil yang mampu melewati jarak tersebut dalam hidungan detik.

Semakin Kancil merasa tersaingi oleh Kura-kura, semakin kura-kura tidak mengerti apa alasan yang tepat dari apa yang Kancil lakukan.

Akhirnya Kura-kura pun membuka suara: "Kancil sahabatku, aku bukan rival yang tepat untukmu. Kemampuan berlariku jauh dibawah kemampuan berlarimu. Kalau kau tetap merasa aku sainganmu, itu merupakan hal yang sia-sia. Karena Tuhan tidak menakdirkanku untuk dapat berlari melebihimu. Lihatlah keluar sana, masih ada Cheetah atau bahkan Rio Haryanto, pembalap muda Indonesia, yang bisa menjadi saingan yang tepat daripada aku."

Kancil membalas dengan melangkah pergi. Tidak mengindahkan ucapan Kura-kura.

Baginya, Kura-kura tetap menjadi saingannya, untuk alasan yang se-irasional apapun yang sama sekali tidak pernah Kura-kura ketahui sampai Kancil sendiri yang menyatakannya.

Kue Lupis, Studio Acil, Stik Drum

Jika kau rindukan aku, temui aku dalam mimpimu.

Sunday, October 2, 2011

Si Ojan (datang lagi)

Ini pertama kalinya saya kembali bercerita tentang keanehan eh kelucuan Si Ojan -sepupu saya yang paling kecil- Saya juga lupa, kapan terakhir kali saya mendeskripsikan apa yang dialami Ojan melalui kata-kata. Hmmm, mungkin waktu masih di blog yang lama.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Ketika itu, Ojan pulang kerumah sambil menangis. Bukan karena jatuh dan terluka, atau karena rebutan bola dengan temannya, tapi...

Ojan: Mamaaa... dede nggak mau masuk neraka....
Ibu Ojan: Kenapa gitu, de?
Ojan: Kiamat teh apa, Ma? Surga teh apa?

Berani taruhan deh, emaknya Ojan pasti bingung gimana ngejelasin konsep kiamat dan surga sama si kunyit berumur 8 tahun yang masih ngempeng kalau mau bobo.

Ibu Ojan: Tahu dari mana de?
Ojan: ..... Surga teh apa, Ma?
Ibu Ojan: Hmmm.. surga itu tempat orang baik yang udah meninggal. Kalau dedenya baik, nurut sama Mama, nurut sama Papa, nggak ngomong kasar, nanti masuk surga.
Ojan: Nanti ada Aa, Mama sama Papa disurga?
Ibu Ojan: Ada.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Setelah kejadian itu, Ojan jadi makin nurut dan jarang ngomong kasar lagi lho pemirsa... Alhamdu...lillah. Be a good boy ya sayang :)

Monday, September 26, 2011

Flashback

Satu pesan singkat itu, memaksa cerebrum untuk menengok ke belakang, pada suatu siang hari yang terik di lapangan basket, sekitar 8 tahun yang lalu:

"Kok panas-panas malah pake jaket?"
"Biarin dong..."
"Kenapa?"
"Biar kulitnya putih."
"Aneh ihh!"
"Hahahaa..."

Di sisi lain, amygdala tidak bisa berbuat apa-apa selain berkata: rindu!


Sunday, September 18, 2011

Dari Angkot Sampai Ginjal

Yeah, lagi-lagi berita kriminal. Ini linknya ----> http://metro.vivanews.com/news/read/247275-waspada--aksi-pemerkosaan-di-angkot-meningkat

Sebagai angkoters, berita itu lumayan mengagetkan saya. Tapi, jadi berita yang SANGAT menghebohkan buat ibu saya! Karena beliau tahu, anaknya angkot-user. Otomatis setelah tahu berita itu, doi langsung calling saya, disusul rentetan nasihat-petuah-wanti-wanti yang temanya sama: jaga diri baik-baik. Yeah mom, i knew that you just wanna make sure that your daughter's safe. Tapi jangan salahin aku yang nggak mau belajar motor ya Mam, lebih repot kan kalau anaknya sampai masuk rumah sakit.... :p

Saya menyebut mereka: si penjahat kampret yang kejam! Mereka nggak cuma ngejarah harta benda korban, memperkosa dan membunuh korban, tapi juga sampai memperkosa mayat korban! Ahh bener-bener udah lumpuh deh conscience mereka. Superego-nya sekarat!

Ada lagi kasus yang nggak kalah sadisnya, yaitu pencurian ginjal. Kata temen saya, ceritanya ada seorang cewek yang baru selesai menghadiri suatu acara dimalam hari. Dia kenalan sama cowok ganteng. Singkat cerita si cewek berhasil diajak check-in ke hotel. Disana mereka minum-minum sampai si cewek nggak sadarkan diri, karena tanpa sepengetahuan si cewek, si cowok udah masukin obat bius ke minumannya tersebut.

Setelah si cewek terbangun, dia menemukan dirinya berada di bathtub yang penuh sama balok es. Lalu didekatnya ada handphone dan sebuah kertas yang berisi tulisan: "Segera hubungi dokter yang kamu kenal. Kalau kamu bergerak, kamu akan mati!" Haduuuuhhh berasa pelem-pelem thriller deh...

Akhirnya si cewek segera menghubungi dokter yang dia kenal. Setelah dilakukan pertolongan oleh tim medis, akhirnya diketahui bahwa ginjalnya sudah tidak ada. Dan nasib si cewek pun semakin ngenes lagi, karena nggak ada ginjal untuk proses pencangkokan, sampai akhirnya ia tak tertolong lagi.

Ckkckckkk...

Cuma bisa geleng-geleng kepala. Nggak habis pikir, tuh orang kok bisa sampai sebegitu kejamnya. Lama-lama saya butuh pepper-spray atau gas air mata sejenisnya buat jaga-jaga nih. Is there anyone who know where i can buy that stuff huh?

Monday, September 12, 2011

Aku Berbicara Pada-Mu

Aku berbicara pada-Mu Tuhan, di satu ruang saat semua makhlukmu tengah terbuai dalam dekap hangat malam-Mu. Merajut cerita dalam untaian skenario alam bawah sadar. Melupakan sementara ruang alam sadar yang saat ini masih betah bersamaku.

Suara ketukan jam dinding bergerak konstan menghitung waktu. Detik demi detik. Mendekati sepertiga malam-Mu.

Saat ini, tak kutemui-Mu dalam shalat malam, tidak juga dengan percakapan out-loud. Hanya dengan bisikan hati. Menggunakan sanubari untuk merefleksikan diri. Menyadari betapa kecil dan tak berdayanya aku, si manusia angkuh ini!

Ampuni aku, Tuhan.
Untuk kesekian kalinya, hadiah-Mu ku tawar ulang.

Wednesday, September 7, 2011

TIGA

Dengan semangat dan tangan kanan yang masih menggenggam permen lolipop, anak kecil itu teriak berhitung, lengkap dengan cadel 'S'-nya : "tatuu... dua... tigaaaa.... horeeee....." Ia berteriak kegirangan, tak ada yang menyuruhnya untuk berhitung, murni keinginannya sendiri.

Tiga, pikir saya dalam hati. Apa sih tiga? Ahh cuma angka.

Otak saya mulai membelah, membuka percakapan.

Tiga itu kan brand operator seluler, yang taglinenya: mauuu? Ahh pikiran kamu cuma yang komersil doang. Kata orang tiga itu, salah satunya setan. Masih mending pikiran komersil, daripada yang mistis-mistis. Tiga itu pembawa huru-hara, kalau pasutri ada orang ketiga, pasti berantakan deh rumah tangganya. Gossip-freak, huh?

Tiga itu setelah dua. Tiga itu bilangan ganjil. Tiga itu dalam bahasa inggris Three. Ahhh anak TK yang masih ingusan juga tahu.

Tiga itu maknanya kurang baik, coba artiin: Masyarakat kelas tiga artinya miskin, orang ketiga artinya pecundang, bantuan pihak ketiga artinya yang dibutuhkan. Tapi kan tiga juga high-tech banget, buktinya keluar 3G. Ahhh tetep aja kalau disetarain sama obat kaki tiga atau semen roda tiga, tetep aja jelek!

Tiga itu angka yang bagus buat orang-orang Budha, mereka percaya Trikaya, Tridharma dan Tripitaka. Di Kristen juga ada Trinitas Ketuhanan. Kalau menurut salah satu artikel, di Islam ada 3 malaikat yang memimpin para malaikat lainnya; Malaikat Jibril, Malaikat Mikail, Malaikat israfil.

Whatever deh sama angka tiga! Nggak beda jauh kan sama angka-angka lainnya; 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dan seterusnya. Sama-sama bikin MUMET !




40 Hari Nge-Wanasari (KKN Wanasari 2011)

































What are the words anyway?
Ahhh they're just my way to describe what i see...
I miss them : Mala, Lele, Aril, Opi, Kidiw, Tri, Minceu, Ririn, Ridwan

Monday, July 11, 2011

Crazy Little Thing Called Love

Film-film Thailand ternyata nggak cuma 'megang' di film-film horor kayak Comming Soon atau 4bia aja. Karena setelah muncul film bergenre romantic-comedy, Hello Stranger, mulailah bermunculan film-film bergenre sejenis, salah satunya Crazy Little Thing Called Love.


















Ceritanya simple! Cinta-cintaan antara junior ke senior. Si junior jadi secret admirer si senior. Terus dari cinta-cintaan ngerubah si junior yang tadinya itik buruk rupa bermetamorfosis jadi angsa cantik.

Komplit! Itu komentar saya buat film ini. Sederhana tapi didalamnya nano-nano, ada lucunya, ada sedihnya, ada romantis-romantisnya. Kocak deh! Sinematografinya simple dan si cameramennya pinter ngambil spot-spot yang keren, jadinya makin keci deh ini film.

Pas nonton film ini, lucu aja sambil ngingetin masa-masa muda dulu waktu lagi seneng-senengnya ngecengin kakak kelas. Tapi nggak seheboh si Nam di film ini, just admired aja tanpa niat buat dideketin. Buat seru-seruan sama temen, hihiiii. Pernah waktu SMP; jamannya masih ingusan dan ababil banget, se-geng ngecengin satu orang kakak kelas! Tiap istirahat langsung standby di pinggir lapangan liatin si kakak yang suka maen basket sambil makan roti ato jajanan kantin. Atau waktu SMA, berdua sama temen sekelas ngecengin kakak-kelas-cowok-kembar. Suka lewat depan kelasnya cuma buat liat mereka ada atau nggak. Terus kalau lagi rumpi-rumpi, ngomongin doi-doi pake panggilan spesial: si A di panggil bawang merah, si B dipanggil bawang putih. Aihhh ababilnya masa muda gw!

Then, college?

Hmmm, jadi keingetan si smart yang ada di dunia antah berantah sana. Ups! Time's Up!

Sampai jumpa semua, besok saya hijrah ke desa buat KKN. Wish me luck :)

Monday, June 27, 2011

Diam

Dari 15 menit yang lalu, sejak kedatangan kita ke kedai kopi langgananmu, aku tak mendengar satu kata pun keluar dari mulutmu. Yang kau lakukan selama itu hanya diam. Kau hanya mengangguk dan tersenyum kecil saat ku ceritakan sesuatu. Kemudian kau kembali diam. Sesekali tanganmu mengaduk segelas kopi dihadapanmu yang mulai mendingin. Segaris luka di punggung tangan kananmu -bekas cakaran Mio, kucing peliharaanmu, beberapa hari yang lalu- belum hilang.

Ku pikir, setelah kau teguk kopimu, kau akan mulai bicara. Ternyata tidak. Kau masih betah dengan diammu.

Masih dengan diam, kau betulkan letak kacamata minusmu. Mulutmu masih tertutup rapat. Sepertinya kau kehilangan gairah untuk berbicara.

Ada apa? Kenapa kau diam saja?

Di kanan kiri kita; pasangan muda-mudi, pekerja kantoran dengan tentengan laptop dan laporan, para ibu rumah tangga kelebihan uang yang menjadikan kopi sebagai gaya hidup; asik bercengkrama dan tertawa. Entah apa yang mereka perbincangkan. Mungkin menceritakan si pacar yang tak pernah berkunjung di sabtu malam, perbincangan serius dalam rapat, atau sekedar obrolan ngalor-ngidul pengisi waktu luang.

Apakah kau tidak iri dengan mereka?

Sudah 30 menit kita lewati dengan diam. Kopi dalam gelasmu tinggal setengah, sedangkan milikku hanya berkurang sepertiga. Bagiku kopi ini tasteless. Hambar tanpa dilengkapi obrolan renyahmu.

Ada apa? Kenapa kau diam saja? Kau sakit? Atau kehilangan bahan obrolan?

Aneh rasanya jika dipikiranmu tidak ada sesuatu yang ingin kau ceritakan. Biasanya mulutmu tak pernah berhenti berbicara sampai aku menunduk dan cemberut sebagai tanda aku bosan. Katakan apapun yang ingin kau katakan. Aku janji akan mendengarmu dan menahan diri agar tak cepat bosan. Lihatlah, telingaku sudah siaga untuk mendengarmu.

Hey, kenapa kau masih diam saja? Apakah pikiranmu saat ini sedang menyeleksi bahan obrolan yang akan kau ceritakan?

Tak perlu sulit menyeleksi, lihatlah disekeliling kita. Ada pengunjung dan pramusaji yang bisa kita komentari. Bukankah itu yang sering kita lakukan ditengah aktivitas makan siang kita, iya kan? Atau kau ingin menceritakan hal yang lain?

Kau bisa menceritakan pekerjaan dan setumpuk tugas kantormu yang sering kau tunda-tunda, keluhan macet dipagi hari yang sering membuatmu terlambat ke tempat kerja, kucingmu Mio yang sering dijadikan penindasan Lyla, ponakanmu, kacamata emporio armani yang kau taksir dari sebulan yang lalu, atau mungkin tentang tetanggamu yang janda nan genit yang selalu membuatku cemburu.

Nyatanya, semua hal itu tak menarik. Kau sama sekali tidak berpaling dari diammu.

Apa yang membuatmu bertahan untuk diam selama 45 menit ini? Apakah kau masih akan terus diam 15 menit kedepan, untuk menggenapkan waktu diammu menjadi satu jam?

Ahh, aku sama sekali tak bisa memaknai arti diammu. 45 menit aku habiskan agar kau mau keluar dari posisi itu, tapi usahaku tak berbuah. Apakah aku harus teriak di telingamu agar kau mau berbicara? Atau aku lebih baik diam saja sepertimu? Sambil berharap semoga dimenit berikutnya kau mau bicara. Ya, sepertinya aku akan ambil pilihan kedua dan memulai untuk diam. Mungkin setidaknya dengan mengikutimu untuk diam, aku bisa mengetahui, merasakan dan memaknai arti diammu itu.

[sigh]

Saturday, June 18, 2011

(Review) Finding Mr. Destiny dan The Rommate

Setelah sekian lama nggak review film, kali ini saya mau review 2 film yang saya tonton semalam sebelum UAS. Satu film drama korea (Finding Mr.Destiny), satunya lagi film thriller (The Roomate).


















Finding Mr.Destiny, menceritakan tentang seorang wanita, Ji Woo, yang dipaksa ayahnya untuk mencari cinta pertamanya, Kim Jong Wook, lelaki yang ditemuinya 10 tahun yang lalu saat berlibur di India, dengan bantuan jasa perusahaan 'First Love' milik Gi Joon. Ji Woo -yang sebenarnya masih menyimpan identitas Kim Jong Wook- tidak mau memberikan informasi tentang Kim Jong Wook kepada Gi Joon. Ji Woo tidak mau bertemu dengan Kim Jong Wook karena ia takut dengan takdirnya, ia takut jika cinta pertamanya tidak seindah yang ia rasakan dulu. Singkat cerita, Ji Woo akhirnya bertemu dengan Kim Jong Wook atas bantuan Gi Joon, tetapi pertemuan ini hanya bertujuan untuk menyelesaikan hubungan antara dirinya dengan Kim Jong Wook, karena Ji Woo ingin memulai sesuatu yang baru dengan Gi Joon yang juga menyukai dirinya sejak bersama-sama melakukan pencarian Kim Jong Wook. Dan ternyata dari epilog di film ini, sejak 10 tahun yang lalu, Ji Woo sudah pernah bertemu dengan Gi Joon di bandara, dan sebenarnya Mr.Destiny-nya Ji Woo itu ya Gi Joon.

Sebenarnya saya bukan korean-movie-freak, tapi pas nonton film ini lumayan seru dan lucu, ditambah lagi kepincut sama mata segarisnya Gong Yoo (pemeran Gi Joon). Sinematografinya juga simple tapi asik apalagi pas setting di India. Lucu aja liat orang-orang Korea yang putih dan matanya segaris ada diantara kumpulan orang-orang India yang belo-belo. Nice deh :)

Kalau pas nonton film Finding Mr.Destiny saya bisa tenang dan senyam-senyum liatin mata Gong Yoo, di film The Rommate lumayan bikin deg-degan dan ngeri juga (lil' bit of lebay).


















Film ini menceritakan tentang Sara (Minka Kelly, yang jadi Autumn di 500 Days of Summer) yang memulai kuliahnya dan tinggal diasrama dengan teman sekamarnya Rebecca (Leighton Meester). Awalnya Sara tidak merasakan hal yang aneh tentang Rebecca, tetapi semakin lama temannya ini mulai terobsesi terhadap dirinya. Rebecca tidak suka jika Sara pergi bersama pacar atau temannya yang lain. Ia selalu berusaha untuk mencari cara agar bisa mendapatkan perhatian dan selalu bersama Sara, mulai dari membelikan tiket pameran, sengaja menyakiti dirinya dan mengatakan kepada Sara bahwa ada orang jahat yang menyakitinya saat mencari kucing peliharaan Sara yang seolah-olah hilang padahal di bunuh oleh Rebecca dengan menggilingnya di mesin cuci, sampai membunuh mantan pacar Sara! Sadis.

Awalnya saya pikir kalau Rebecca ini lesbian, karena saking protektifnya sama Sara, tapi ternyata dari salah satu adegan di film dimana Sara dan pacarnya menemukan botol Zyprexa* di laci lemari Rebecca, yang diketahui bahwa Rebecca itu mengalami gangguan psikosis. Ckckckk...

Walaupun ini termasuk ke dalam psychological thriller movies dan cukup bikin deg-degan tapi nggak semenegangkan dan nggak se-'wah' film Black Swan, Hard Candy, A Nightmare on Elm Street atau The Crazies. Tapi serunya, siapa yang bisa nyangka kalau si cantik dan polos Rebecca ternyata adalah seorang psycho! Film ini juga bagus buat ngingetin para mahasiswa, khususnya yang ngekost atau diasrama, buat hati-hati sama teman sekamarnya karena bisa jadi rommatenya itu mirip kayak Rebecca. hehehe..

*Zyprexa adalah obat untuk mengendalikan dan melumpuhkan agitasi akut pada penderita schizophrenia dan bipolar disorder. Gejala agitasi seperti kegembiraan yang ekstrim, permusuhan, kontrol impuls yang buruk, ketegangan dan un-cooperativeness (sumber: www wikipedia.com)

Sunday, June 12, 2011

Rush














At dawn when there's no one to talk to
I'm lost for words
And darkness makes me blue
And I ask for a shoulder that I could lean on
What's deep in my heart
He knows what I'm longing for
(MYMP-Rush)

Thursday, June 2, 2011

When gosip-ing begin, I remember about...

Pagi itu, dapur rumah tiba-tiba ramai. Ibu, dengan keahlian multitasking-nya, menyiapkan sarapan sambil mulutnya asik gosip-ing dengan tante saya. Saya yang masih setengah sadar dari tidur, belum ngeh dengan apa yang mereka gosipkan.

Lama-kelamaan, saya mulai bisa menangkap tema pembicaraan mereka: cinta antara majikan dan supir pribadi. Uhh FTV banget! Tapi ternyata banyak contoh kasus nyata yang mereka ceritakan, dari majikan yang mencintai supir yg masih beristri, ustadzah yang menikahi supirnya karena selalu setia menemani saat beliau ceramah atau cici chinese yang lebih memilih menceraikan suaminya yg sukses dan menikah dengan supirnya.

"Ya itulah yang namanya witing tresno jalaran soko kulino..." ucap ibu.

"Yoi mom," jawab saya menyetujui, sambil mencomot tempe goreng yg masih hangat.

Eh bentar!

Dengan cerita gosip tadi, saya tiba-tiba teringat teman saya, yang sering kita -saya dan teman yang lain- cengin dengan kalimat: cinta Enon dan supirnya. Hati-hati ah Enon, hehee... :p

Tuesday, May 31, 2011

(proposal) SKRIPSI or SKIP-SIHHH ?

Puncak dari segala puncak tugas mahasiswa itu skripsi dan untuk depe-nya dibayar pakai proposal skripsi. Ketika tiga hal utama dari proposal skripsi -judul, studi pendahuluan dan metlit- sudah ditangan, stressor yang berkaitan dengan 3 hal itu pun masih sibuk menggoda dan membuat fluktuasi semangat saya jadi naik turun. Dan lucunya, ternyata nggak cuma saya yang kelimpungan sama hal-hal yang berkaitan dengan 'teman baru' ini, teman-teman seperjuangan pun banyak yang berkicau memuja-muji si doi di twitter atau facebooknya.

Senang sih, denger kakak tingkat yang muji-muji judul kita seangkatan yang dinilai lebih variatif dan baru. Tapi selain pujian, mereka juga suka nyelipin kalimat pamungkasnya: "Udah lah, judulnya jangan yang ribet-ribet, yang standar S1 aja.." Dan gosipnya, menurut para pendahulu saya, se-idealis apapun judul kita tetap aja nantinya kita di'paksa' menurunkan harga idealisme itu. Jleb. Mereka juga bilang: "Hati-hati milih dosen pembimbing..." Yeahh, sekarang sih hanya bisa mengandalkan keberuntungan, wong tahun ini dosen pembimbing bukan kita yang milih tapi ditentuin dewan skripsi.

Hell-yeah, lupakan semua stressor itu!

Entah ini suatu insight atau malah semakin memperparah kecemasan, seorang dosen yang saja ajak diskusi kemarin sore mengatakan kalau judul saya justru lebih ke arah sosial, padahal saya -yang mengambil konsentrasi PIO- berniat mem-blend-kan antara tema industri dan sosial, tapi ternyata malah sosialnya yang menjadi dominan. Sebenarnya beliau tidak mempermasalahkan hal ini dan sah-sah saja kalau saya tetap ingin mengambil judul ini, tapi apa kabar nasib saya nanti pas sidang proposal yang justru para pengujinya itu dari dosen PIO semua, heuuu...

Tidak cukup dengan judul yang hampir overlapping antara PIO dan sosial, dosen pembimbing saya mengusulkan fenomenologis sebagai pendekatan metlit proposal saya. Jeng jeng jeng! Kalau ditelaah lagi, judul ini memang lebih pas jika disandingkan dengan pendekatan fenom, tapi saya sendiri masih ragu dengan kemampuan saya. Tentu saja stressor pun mengekor, ada yang bilang fenom beginilah, begitulah. Heuuuuu...

I remember what existentialism said that anxiety is a condition of living, so i'll try to face and make it as a challenge to grow. And now, i need someone to talk to, before i met my beloved philosophy lecturer, Mr.D...
Anyone please...? T.T

Monday, May 30, 2011

Sometimes

Sometimes you feel complete, sometimes you also feel lacked.
Sometimes you can get anything in your life easily, sometimes you also have to worked hard to get what you want.
And sometimes you dont know the reason why all this things happened...

Sunday, April 24, 2011

Padahal Cuma Urusan Perut....

Gue nggak tahu apa semua orang punya perasaan dan pikiran yang sama atau nggak dalam hal makan dan perut. Makan, buat gue lebih dari sekedar kebutuhan fisiologis gue sebagai manusia. Sebagai seorang penggila makan, tentu apapun yang gue lakukan bakal terhambat kalau gue belum makan. Dan gue nggak ngerti juga, apa ada hubungannya antara lambung dan amygdala dalam tubuh gue, yang bikin gue sering uring-uringan, bete dan marah kalau belum makan.

Dibulan April ini -bulan tersayang yang sukses bikin gue kere setengah mati- berhasil ngerubah pola makan gue jadi ancur-ancuran. Dirumah -yang lebih tepatnya gue rasain cuma sebagai tempat tidur doang- jarang ada makanan. Sekalinya ada makanan itu juga cuma nasi dan mi instan doang. Seringnya sih, sarapan sama mi instan, makan siang dikampus yang gizinya lebih mending daripada mi instan doang, terus kalau inget makan malam ya makan dan malah seringnya sih makan angin gara-gara keseringan pulang malam dan udah keburu tepar duluan.

Gue termasuk orang yang pemilih dalam hal makan memakan. Milih-milih disini bukan berarti saat gue disodorin makan sama ikan asin gue minta ganti jadi ayam goreng, maksudnya gue kadang suka nggak begitu nafsu kalau makan pagi dan makan malam dengan menu yang sama. Mending kalau menunya goreng-gorengan, kalau sayur atau tumis-tumisan kan kadang suka udah nggak seger.

Urusan makan dan perut ini bener-bener bikin gue stres! Lebih stres daripada ngurusin tugas kuliah atau kerjaan. Malah gue nggak habis pikir sama orang-orang yang bisa nahan buat nggak makan, dan kalau gue ada diposisi itu dengan sangat yakin dan pasti gue nggak bakalan bisa. Dan stres gue makin lengkap saat gue dapet warning dari bokap gara-gara nyokap ngadu setelah ketemu dan ngeliat gue jadi kurusan. Padahal nyokap gue aja yang lebaynya nggak ketulungan, wong berat badan gue tetep kok. Hadeeuuuhhhhh, perut ohh perut....

Penghuni Di Balik Layar

Kadang gue suke mikir sambil mempermalukan diri gue sendiri, kenapa Tuhan terus aja ngasih apa yang gue mau tanpa gue ngasih 'payment' terlebih dahulu sebagai dana awal atas permintaan gue itu. Kayak sekarang, Tuhan menghadapkan gue pada dua pekerjaan yang beda banget, yang satu menuntut gue untuk kerja didepan layar dan satunya lagi kerja di balik layar.

Setelah dirasa-rasain, dari dua pekerjaan yang beda jenis itu, gue suka dua-duanya. Tapi kalau boleh milih gue lebih nyaman ada di balik layar daripada didepan layar. Gue bisa jadi diri gue sendiri, maksudnya bukan gue jadi munafik saat gue ada didepan layar tapi gue ngerasa bebas aja tanpa harus mikir nggak pede saat gue pake make-up, pake high heels yang ketinggian atau pake dress yang seksoy geboy. Walaupun dalam waktu-waktu tertentu, need of exhibition gue kadang suka melonjak diatas rata-rata orang kebanyakan. Tapi setidaknya kalau kerja di balik layar, gue bisa dapet bonus kenikmatan menikmati nyamannya sendal jepit, hehe :p

Kadang gue juga suka sok-sok perfeksionis, yang bikin gue pusing sendiri kalau lagi gawe didepan layar. Gue malah jadi suka mikir double antara perform yang mesti gue bawain sama tetek-bengeknya persiapan dari perform itu sendiri. Dan jujur, karena gue orang-yang-nggak-mau-diatur-tapi-suka-ngatur, posisi dibalik layar lebih pas buat gue jadi gue bisa ngatur-ngatur orang yang mau gue atur, misalnya ngatur jadwal atau ngatur-ngatur yang lainnya. Karena kalau didepan layar, kadang aturannya itu nggak sesuai sama aturan dalam diri gue *egois yaa? hhe*

Ya apapun itu alasannya, dari dua posisi diatas minimal gue jadi lebih memahami gimana seharusnya gue menempatkan diri gue secara baik dan bermanfaat sebagai penghuni didepan layar atau dibalik layar. let's work! yeahhhh...

Saturday, March 19, 2011

Dear Juliet,

Dear Juliet,
If i have much money or there is someone who kindly took me to Verona, i probably wouldn't typing many words through this blog. If you're just a fairy tale, i still to believe that you're exist, because every woman from all over the world -so do i- expect your reply letter and solutions for their fucking problems with husband, boyfriend, mistress, boss, friends, or their partners.

Dear Juliet,
He just called me. He used the private number, because i usually rejected his phone or sms. He asked me about my decision to leave him. He was angry and told me that i were hurt him (ohh its too much huh?)

I just said, i can't tell the reason clearly from the phone. Maybe i already hate him, so i wish we didn't relate anymore. But he refused. He didn't accept my reasons. I dont know, Juliet. If i still survive to be friends with him, i wont be free, cause his fucking girlfriend or these damn feelings. So i choose this decision, even he didn't want to. I know, he already hate me too. but this is the best way, for me and -i hope- for him too.

Am i choose the right decision, huh?
I hope you will answer: yes you are.

Thanks Juliet...

Hikmah dari Freud (baca:Froid)

Di titik jenuh dalam pencapaian diri, ada satu hal yang akhirnya menyadarkan saya tentang kesombongan dari sebuah ilmu yang didapat. Ketika itu dengan entengnya saya tertawa saat seorang teman salah menyebutkan kata 'Freud' (dia menyebutnya 'freud', sesuai dengan rangkaian huruf yang sebenarnya). Lalu masih dengan tertawa, saya meralat sebutannya itu dengan mengatakan:

"Nyebutnya Froid, bukan Freud."

Dia hanya tersenyum dan mengulangi kata 'Freud' dengan lafal yang sudah dibenarkan.

Kemudian mulutnya meluncurkan satu nama tokoh psikologi lainnya, Jung. Kali ini pelafalannya benar. Ia menyatakan ketertarikannya terhadap tokoh itu dengan antusias. Ia banyak bertanya tentang Jung, tapi tak ada satupun yang saya ketahui. Ahh malu rasanya, ditanyakan tentang sesuatu hal yang dekat dengan saya tapi saya sendiri tak banyak mengetahuinya dibandingkan dia. Lebih malu lagi, ketika sadar bahwa beberapa menit sebelumnya saya mungkin boleh sombon karena lebih unggul dalam pelafalan kata 'Freud', tapi untuk masalah Jung nilai saya NOL besar. Pemahaman saya tentang Jung sangat jauh dibandingkan dengan yang dia ketahui.

Saya mere-call informasi dalam otak tentang tokoh-tokoh psikologi.

Rogers? ahh namanya masih hangat dalam pikiran saya, sering disebut-sebut di kelas Konseling dan Psikoterapi, pokoknya yang menggagas person-centered therapy deh. Maslow? hirarki kebutuhan. Sullivan? yang saya inget cuma teori nipple-nya. Adler? yang urutan kelahiran itu lho. Horney? tentang hostility gitu deh. Skinner, Bandura, Pavlop? behavioristik pastinya. Lewin? fenomenal field. Erikson? yang tahap perkembangan sosial. Terus kalau Erick Fromm? Mmm.. yang ego ideal kan? Allport? Anna Freud?

Oh Tuhan, nyatanya, saya hanya berkomitmen saja kuliah di psikologi, tahu tentang tokoh-tokoh psikologi tapi tidak benar-benar mengenal mereka. Saya belum engage dengan ke-psikologi-an itu sendiri, tapi sudah puas dan sombong dalam diri. Ya Rabb, lindungi hamba-Mu ini dari kesombongan atas ilmu yang didapat. (sigh)

Sunday, February 6, 2011

Rezeki Sih, Tapi...

''Mau nggak magang?''
''Mau, mau.. Alhamdulillah...''

''Ada psikolog mau bikin training, minta tolong potongin film jadi beberapa bagian, mau nggak?''
''Oh boleh, kebetulan dikit-dikit bisa ngedit film.''

''Eh bikin acara dong ditempat gue, terus lu sekalian yang jadi pembicaranya buat diskusi psikologi buat anak SMA, mau nggak?''
''Boleh, tapi gue ajak temen ya, nggak pede ngomong sendiri.''

''Gue lagi butuh orang nih, mau nggak jadi juri paduan suara dikampus gue, fee-nya 2 jam 150rb?''
''Apa? Juri padus??? Salah orang lu!!''
*gubrak*
*nutupmuka*
*mikir:ini-hinaan-atau-pujian?*

Wednesday, February 2, 2011

Semoga Kalian Juga Beruntung...

Kebiasaan pulang kuliah kalau kemaleman, setelah turun angkot langsung naik becak. Bukannya sok manja nggak mau jalan, cuma takut aja kalau-kalau ada penjahat nangkep dari belakang terus nyulik saya. Ya, itung-itung berbagi sama tukang becak. Sama kayak hari ini: pulang kemaleman (sebenernya masih jam 7 sih), nggak ada 'ojeg' yang nganter pulang gratisan, jadi naik becak deh.

''Uih damel, Neng?'' tanya Si Mang Becak setelah saya menyebutkan tujuan saya.

''Uih kuliah, mang.'' jawab saya singkat.

''Tos semester sabaraha?'' tanya Si Mang lagi.

''Semester genep, Mang.''

''Mang mah teu dilanjutkeun, Neng. Ngabecak weh.'' jawab Si Mang jujur.

''Oohh...'' speechless, nggak tau mau ngomong apa.

Kasian Si Mang. Saya jauh lebih beruntung dari dia. Atau mungkin bagi Tuhan, profesinya sudah jauh sangat beruntung dibandingkan jika dia harus mengemis atau meminta-minta.

Saya sedang beruntung, pikir saya sambil duduk menikmati jasa Si Mang. Tuhan sedang ada dipihak saya. Eh, jahat sekali kalau saya bilang begitu, Tuhan kan memang selalu ada dipihak umat-Nya, kita saja yang jarang memihak-Nya.

Saya jadi inget, semester kemarin saya sempat bimbang dengan pilihan kuliah, lalu akhirnya sadar dan memutuskan fokus pada pilihan yang sudah diambil. Saya juga mengutarakan keinginan saya dalam hati: saya mau sibuk, nggak cuma kuliah tapi kegiatan lain juga.

Dan ajaib! Tuhan melancarkan semua jalan saya. Kuliah nggak males-malesan, dapat tawaran magang, dapat job editing film sampai diminta jadi pembicara diskusi psikologis. Subhanallah, saya nggak nyangka, kalau dari niatan sederhana -bukan dari doa khusyuk setelah solat- Tuhan dengan mudah mengabulkannya. Well, nggak masalah kerjaan yang didapat 'basah' atau nggak, yang penting dapat ilmu dan kesempatan yang belum tentu semua orang dapat.

Saya makin ngerasa beruntung, senyam-senyum nge-review peruntungan saya, naik becak dari depan ke rumah aja jadi nggak kerasa :p

Monday, January 31, 2011

Di Ujung Gang Dolly

''Perlu memeras otak dan berpikir berkali-kali untuk bisa memutuskan apakah akan tetap tinggal atau pergi. Apalagi jika melihat dompet yang tak pernah menipis karena kucuran rupiah terus mengalir setiap harinya. Belum lagi dengan bonus tambahan yang tak pernah mengering.

''Ah, Dolly memang memiliki medan magnet yang sangat kuat. Sulit rasanya lepas dari dekapan kenikmatan Dolly. Pantas saja jika semakin hari angka perselingkuhan semakin meningkat, karena Dolly mampu memberikan kepuasan bagi para lelaki lajang yang doyan jajan atau para lelaki beristri yang jarang orgasme diranjang.

''Hidup tidak akan menyediakan bangku kosong bagi pecundang seperti kamu, Mila!

''Itulah kalimat tegas dari Tante Mira, mucikari yang menemukanku terasing sendiri tanpa keluarga di Surabaya. Sejenak aku singkirkan alunan kitab suci yang selalu bapak bisikan setiap sebelum tidurku dan nasihat kecil agar aku tak belok dari jalan lurus. Aku teringat rengekan ibu yang memintaku agar cepat bekerja dan mengangkat derajat keluarga, sehingga tak diinjak-injak penjaga warung karena selalu dihutangi. Aku tak mau terus terpuruk dibalik selimut kemiskinan dan membiarkan orang tuaku membanting tulang mencari rupiah. Akhirnya dengan sedikit ragu dan takut, kuputuskan untuk bergabung dengan Dolly. Dengan cara inilah aku bisa bertahan hidup dan memberi makan keenam mulut dikampung: bapak, ibu, dan keempat adikku.

''Waluyo adalah pelanggan Dolly yang pertama kali menembuskan spermanya ke keperawananku. Dia adalah pengusaha kesepian yang tak pernah terpuaskan oleh istrinya yang gila kerja. Dia berhasil meleburkan keraguan dan ketakutanku tentang Dolly. Aku adalah anak emas baginya. Setiap bulan rekeningku selalu basah. Setiap minggu ia tak pernah absen mengunjungiku. Untuk 'bermain' atau sekedar menemaninya minum kopi.

''Seiring dengan berjalannya waktu, aku menikmati kenyamanan dalam hubungan dengan Waluyo. Lebih dari sekedar penjual dan penikmat jasa.

''Sempat terpikir untuk keluar dari Dolly. Menjalani hidup sebagai perempuan normal dan meneruskan hubungan dengan Waluyo sebagai sepasang kekasih ataupun suami istri. Namun Waluyo tak pernah memberikan jawaban saat kulontarkan harapanku. Mungkin ia ragu dan belum siap untuk meninggalkan istrinya yang baik tapi gila kerja dan memilih kupu-kupu malam sepertiku.

''Ah, salahkah jika hatiku tertambat pada lelaki mulia bukan lelaki bejat? Hanya karena aku perempuan yang tubuhnya pernah dijamah dan memiliki rahim kotor karena disinggahi beribu sperma? Atau hanya karena aku perempuan miskin yang dinilai tak bermoral karena menjadi bagian dari Dolly, sehingga untuk memimpikan pernikahan suci pun tidak bisa?''

(Di adaptasi dari novel Existere, Sinta Yudisia)

Sunday, January 30, 2011

Gue Ditipu!

Gue ditipu! Dan sekarang gue sebel dan benci banget sama tuh orang. Empet banget ditipu tukang tipu yang dulu gue anggap temen dan gue sebut sahabat. Bodoh amat tuh orang bakal nemuin blog ini atau nggak. Gue sih berharap iya, biar dia tahu ruginya gue ditipu sama hama wereng kayak dia.

Gue ditipu! Lebih dari sekedar materi. Kepercayaan dan pandangan positif gue tentang dia, amblas semuanya! Lebih lai karena nggak ada sedikitpun usaha dia buat mempertanggungjawabkan masalah ini.

Gue ditipu! Lama-lama gue jadi ngerasa bodoh sendiri. Bisa-bisanya kena tipu orang yang sekarang mukanya males banget gue lihat. Bagusnya, kayaknya tuh orang udah kabur duluan tanpa gue harus capek-capek ngehindar biar ga ketemu dia lagi. Arrrggghhh !!

Thursday, January 20, 2011

Long Time No See...

X : hidup lu lagi flat ya? Kok jarang curhat diblog?
Saya : muke lu tuh, flat! *dezigg

Kata siapa hidup saya flat? Temen saya nggak tahu aja, kalau hidup saya se-keriting dan se-crunchy chitato. Urusan nyampah diblog atau nggak, ya itu sih karena faktor M, males. Lagian kalau boleh nyombong, ini 10 jari udah kebiasaan bikin laporan kuliah daripada curhat.

Kalau mundur ke belakang, selain direpotin tugas, saya sempet dibimbangi sama jurusan kuliah. Soal ini saya nggak banyak cerita, kalaupun cerita sama temen paling cuma selewat aja.

Nggak tahu kenapa, tiba-tiba aja jadi ragu sama pilihan kuliah. Sempet kebawa konformitas temen, pesimis sama masa depan, atau yang lebih menohok lagi karena satu mata kuliah yang bikin jleb dihati. I dont like projection but i already get it, and see that damn projection was true! Saya memang ekstrovert, tapi ada hal-hal yang saya simpan dan tidak ingin diketahui orang, bahkan oleh sahabat atau teman kecil. Tapi terlanjur basah, dan proyeksi membuat semua hal terbuka. It's really make me down cos it's relate to my autorithy figure.

Saya down, tapi mau gimana lagi. Mungkin memang seharusnya diketahui orang. Toh saya juga jadi tahu gimana si A, gimana si B. Lagian saya nggak mau jadi pecundang karena nyerah menghadapi ini.

Sebelnya saya sama proyeksi sama kayak sebelnya saya waktu pertama kali belajar teori behavioristik yang nyamain manusia nggak jauh beda kayak anjingnya Pavlov.

Kalau dipikir lagi, itu kan hanya masalah penggeneralisasian yang bodohnya lagi malah saya lakukan. Karena hanya sebagian teori atau mata kuliah aja yang saya kurang suka, sisanya masih oke. So, saya tetap stay dan membulatkan tekad untuk tidak goyah dan bimbang lagi dengan pilihan kuliah. Setidaknya, selama dunia ini masih dihuni manusia, masa depan saya masih aman-aman aja, karena kata dosen: semua yang berhubungan dengan manusia ya psikologi.