Monday, November 28, 2011

Ruang Imajiner yang Ku Ceritakan pada Bing

"Bing, bolehkah aku bercerita tentang sesuatu? Tentang sebuah tempat yang ku beri nama Ruang Imajiner, tempat bermainku yang baru."

"Tempat apa itu? Saya boleh tahu?"

"Sebuah tempat dimana aku bisa menikmati apa yang tidak bisa ku nikmati secara nyata. Sebuah tempat yang tidak nyata namun kuanggap nyata. Sebuah tempat dimana aku menikmati dia sebagai suatu imagologi.

Ketika orang-orang berkata bahwa imagologi itu tidak terlepas dari teknologi dan hadir dalam bentuk televisi maupun media massa, nyatanya aku menemukan esensi imagologi dalam dirinya."

"Memangnya siapa yang kau maksud dengan 'dirinya'?"

"Dia.. Ya dia yang hadir dalam bentuk imagologi, yang membawa aku ke dalam imaji tentang realitas yang pada titik tertentu dianggap sebagai realitas itu sendiri."

"Maksudnya?"

"Aku sedang menikmati dunia ketidak-nyataan yang kuanggap nyata, Bing. Bahkan terkadang, aku pun sulit membedakan mana dunia tidak nyata yang dianggap nyata atau dunia nyata yang banyak ketidak-nyataan.

"Bagaimana bisa kamu menemukan dia dalam ketidak-nyataan yang kamu sebutkan tadi?"

"Aku menemukannya dalam kontemplasi cinta pada Sang Maha Cinta. Dari serpihan-serpihan doa yang baru Tuhan wujudkan dalam dunia paralel."

"Dunia paralel? Tempat apa lagi itu?!"

"Dunia paralel tercipta saat suatu peristiwa terjadi, dimana ia merupakan lawan dari peristiwa itu. Dunia paralel itu seperti dunia yang sedang kita alami ini, it's similar but not exactly the same. Itu kata orang-orang yang menamakan dirinya sebagai Ahli Fisika Kuantum.

Ketika didunia nyata, dia hanyalah sebuah imagologi. Aku yakin, di dunia paralel sana dia tercipta sebagai sesuatu yang nyata."

"Ah, ceritamu sulit dimengerti. Ruang imajiner, imagologi, dunia paralel... semua itu khayalan!"

"Aku tak butuh pengertianmu, Bing. Cukup gunakan intuisimu untuk merasakan ceritaku. Betapa sulitnya aku membawa diriku kembali kedalam realitas nyata. Terlepas dari perangkap imagologi tentang dia.

Lama-lama, aku juga kesal dengan tahap formal operational-nya Piaget yang membawaku pada satu fase dimana aku mampu berpikir abstrak tentang sesuatu hal tanpa mengalaminya secara konkrit. Dimana aku melihat dia yang nyata tapi hanya mampu menikmatinya dalam ketidak-nyataan, dalam bentuk imagologi di sudut ruang imajiner.

Tapi, dari sana aku bersyukur, setidaknya dengan tahap ini aku masih memiliki kesempatan untuk menikmati dia walaupun dalam ketidak-nyataan."

"Ah, kau ini aneh..."

"Biarlah orang-orang menganggapku aneh atau bodoh, Bing. Toh aku pun memang sedang asyik menikmati kebodohan ini.

Terimakasih sudah mendengarkan ceritaku, Bing. Ruang imajiner ini terbuka, untuk siapapun yang menikmati ketidak-nyataan dalam dunia nyata."

Tuesday, November 15, 2011

Pertanyaan Pagi

Sebenarnya, kita itu hidup dimana?
Hidup di dunia palsu yang dianggap nyata atau hidup di dunia nyata yang banyak kepalsuan?

Friday, November 11, 2011

Chaos

Adalah suatu tema yang pernah secara tidak sengaja disinggung oleh dosen favorit saya dalam kelas Psikologi dan Postmodernisme. Secara singkat sebenarnya. Sekilas seperti tayangan iklan yang kadang lebih tertarik untuk tidak kita tonton. Tapi nampaknya, tema itu telah menarik perhatian saya.

Sederhananya, chaos theory adalah suatu pemahaman dimana sesuatu yang sederhana dapat menciptakan sesuatu yang kompleks. Ketika manusia menemukan bahwa atom adalah partikel kecil yang fundamental dari semua elemen didunia ini, manusia percaya bahwa tidak ada sesuatu yang dasar dan lebih kecil lagi dibandingkan atom. Namun kemudian, kepercayaan bahwa atom adalah partikel kecil tersebut berubah drastis seiring munculnya fakta bahwa ada partikel yang lebih kecil lagi yang menyusun atom, yaitu proton dan netron. Hal ini pun mungkin saja terbantahkan jika suatu saat nanti ada penemuan baru bahwa ada hal lain lagi yang lebih kecil dari proton dan netron.

Ketika manusia mulai mempercayai suatu konsep tertentu, manusia dikejutkan lagi oleh penemuan baru yang menyatakan bahwa konsep yang sudah kita ketahui tidak sepenuhnya benar. Karena nyatanya, selalu ada bagian lain yang lebih kecil dan lebih sederhana lagi.

Seperti dengan tulisan ini. Tersusun dari paragraf-paragraf yang tersusun dari kalimat-kalimat. Kalimat-kalimat tersebut tersusun dari kumpulan kata. Kata tersusun lagi dari berbagai huruf-huruf. Huruf tersusun dari titik-titik (dots) yang saling berhubungan dan beraturan. Titik inilah yang menjadi partikel paling dasar dari tulisan ini.

Segala sesuatu yang besar selalu berasal dari sesuatu yang kecil dan sederhana. Sehingga wajar jika ada suatu pemahaman yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang berjalan secara kebetulan. Karena segala hal didunia ini mematuhi suatu aturan tertentu.

Saat kita merasa pusing kita langsung mencari tempat tidur untuk mengistirahatkan tubuh kita. Saat kita tersedak kita langsung mencari minum untuk menetralkan tenggorokan kita. Saat ada sesuatu yang mengagetkan kita langsung terkejut ataupun berteriak. Itu merupakan bagian kecil dari kejadian-kejadian yang pernah kita alami sehari-hari. Tapi apakah kita yakin bahwa semua hal tersebut berjalan sesederhana itu?

-------------------------------------------------------------------------------------------------

dan bahwasanya apa yang saya lakukan -berkaitan dengan penetapan standar ideal yang sudah terbentuk dari seseorang dan sepertinya tidak dapat dicapai oleh seseorang lain, ternyata tanpa disadari hampir mampu dicapai oleh seseorang yang lainnya lagi- merupakan bagian kecil dan sederhana dari bagian yang besar dan kompleks yang berjalan dengan aturan tertentu, bukan dari sesuatu yang muncul secara kebetulan. Saya percaya itu.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Wednesday, November 9, 2011

Empat Hal Saja

Pertama, anda seorang Jawa. Saya mengenalnya dari kata Jawa yang melekat pada nama Anda. Seperti saya mengenal kata 'ningtyas' pada nama saya.

Kedua, saya menyukai lelaki Jawa. Karena lelaki Jawa itu tegas dan apa adanya (setidaknya itu yang saya pikirkan), seperti saya menyukai lelaki Jawa lainnya, Eross Chandra dan Satriyo Yudi Wahono atau Piyu.

Ketiga, saya mengagumi tulisan tangan anda. Sederhana namun sarat makna, yang secara diam-diam pernah saya baca.

Malangnya, hal keempat adalah Tuhan belum mengijinkan kita untuk berjumpa. Rasanya seperti ingin tapi tidak ingin. Ah biarlah. Toh, saat ini saya betah dengan aktivitas yang saya beri nama: 'diam-diam menikmatimu lewat tulisan'