Sunday, April 24, 2011

Padahal Cuma Urusan Perut....

Gue nggak tahu apa semua orang punya perasaan dan pikiran yang sama atau nggak dalam hal makan dan perut. Makan, buat gue lebih dari sekedar kebutuhan fisiologis gue sebagai manusia. Sebagai seorang penggila makan, tentu apapun yang gue lakukan bakal terhambat kalau gue belum makan. Dan gue nggak ngerti juga, apa ada hubungannya antara lambung dan amygdala dalam tubuh gue, yang bikin gue sering uring-uringan, bete dan marah kalau belum makan.

Dibulan April ini -bulan tersayang yang sukses bikin gue kere setengah mati- berhasil ngerubah pola makan gue jadi ancur-ancuran. Dirumah -yang lebih tepatnya gue rasain cuma sebagai tempat tidur doang- jarang ada makanan. Sekalinya ada makanan itu juga cuma nasi dan mi instan doang. Seringnya sih, sarapan sama mi instan, makan siang dikampus yang gizinya lebih mending daripada mi instan doang, terus kalau inget makan malam ya makan dan malah seringnya sih makan angin gara-gara keseringan pulang malam dan udah keburu tepar duluan.

Gue termasuk orang yang pemilih dalam hal makan memakan. Milih-milih disini bukan berarti saat gue disodorin makan sama ikan asin gue minta ganti jadi ayam goreng, maksudnya gue kadang suka nggak begitu nafsu kalau makan pagi dan makan malam dengan menu yang sama. Mending kalau menunya goreng-gorengan, kalau sayur atau tumis-tumisan kan kadang suka udah nggak seger.

Urusan makan dan perut ini bener-bener bikin gue stres! Lebih stres daripada ngurusin tugas kuliah atau kerjaan. Malah gue nggak habis pikir sama orang-orang yang bisa nahan buat nggak makan, dan kalau gue ada diposisi itu dengan sangat yakin dan pasti gue nggak bakalan bisa. Dan stres gue makin lengkap saat gue dapet warning dari bokap gara-gara nyokap ngadu setelah ketemu dan ngeliat gue jadi kurusan. Padahal nyokap gue aja yang lebaynya nggak ketulungan, wong berat badan gue tetep kok. Hadeeuuuhhhhh, perut ohh perut....

Penghuni Di Balik Layar

Kadang gue suke mikir sambil mempermalukan diri gue sendiri, kenapa Tuhan terus aja ngasih apa yang gue mau tanpa gue ngasih 'payment' terlebih dahulu sebagai dana awal atas permintaan gue itu. Kayak sekarang, Tuhan menghadapkan gue pada dua pekerjaan yang beda banget, yang satu menuntut gue untuk kerja didepan layar dan satunya lagi kerja di balik layar.

Setelah dirasa-rasain, dari dua pekerjaan yang beda jenis itu, gue suka dua-duanya. Tapi kalau boleh milih gue lebih nyaman ada di balik layar daripada didepan layar. Gue bisa jadi diri gue sendiri, maksudnya bukan gue jadi munafik saat gue ada didepan layar tapi gue ngerasa bebas aja tanpa harus mikir nggak pede saat gue pake make-up, pake high heels yang ketinggian atau pake dress yang seksoy geboy. Walaupun dalam waktu-waktu tertentu, need of exhibition gue kadang suka melonjak diatas rata-rata orang kebanyakan. Tapi setidaknya kalau kerja di balik layar, gue bisa dapet bonus kenikmatan menikmati nyamannya sendal jepit, hehe :p

Kadang gue juga suka sok-sok perfeksionis, yang bikin gue pusing sendiri kalau lagi gawe didepan layar. Gue malah jadi suka mikir double antara perform yang mesti gue bawain sama tetek-bengeknya persiapan dari perform itu sendiri. Dan jujur, karena gue orang-yang-nggak-mau-diatur-tapi-suka-ngatur, posisi dibalik layar lebih pas buat gue jadi gue bisa ngatur-ngatur orang yang mau gue atur, misalnya ngatur jadwal atau ngatur-ngatur yang lainnya. Karena kalau didepan layar, kadang aturannya itu nggak sesuai sama aturan dalam diri gue *egois yaa? hhe*

Ya apapun itu alasannya, dari dua posisi diatas minimal gue jadi lebih memahami gimana seharusnya gue menempatkan diri gue secara baik dan bermanfaat sebagai penghuni didepan layar atau dibalik layar. let's work! yeahhhh...