Wednesday, February 8, 2012

Acceptance

Beberapa hari yang lalu, saya melihat Film Trilogi Payung Merah; Borrowed Time, Payung Merah, dan Broken Vase; garapan Koko Edward Gunawan di event tahunan Ganffest. Ketiganya diramu dan diracik dengan apik dan sederhana dalam satu benang merah yaitu Acceptence/Penerimaan.

Menerima atau bersikap menerima terhadap suatu kenyataan memang suatu sikap bijaksana sekaligus bukan perihal yang mudah untuk dilakukan. Baik untuk hal-hal yang jauh dan sulit atau untuk hal-hal yang sederhana dan dekat dengan kita.

Coba bayangkan, apa yang akan kalian lakukan atau gimana sikap kalian; jika seorang sahabat yang kalian kenal secara baik tiba-tiba datang dan bilang: 'Gue ngehamilin anak orang'. Atau mungkin seorang saudara yang sudah lama nggak ketemu tiba-tiba bilang: 'Yes, i'm Gay. As you predicted'. Atau mungkin seorang teman yang hapal macam-macam doa dan amalan Sunnah tiba-tiba mengabarkan: 'Maaf, saya sudah nggak lebaran lagi."

Apa yang akan kalian lakukan?

Marah? Denial? Benci? Kecewa? Kaget? Nangis? Atau mungkin berharap kata-kata itu cuma candaan doang?

Kenyataan itu memang nggak berkaitan langsung dengan kita, tapi semuanya terjadi pada orang yang dekat dan kita kenal dengan baik. Marah dan kaget, atau mungkin nggak nerima bisa saja jadi reaksi yang wajar. Tapi bukan berarti kita akan menjauhi dan membenci mereka kan? Ya kan?

Sebagai muslim, saya tahu bahwa zina, orientasi seksual sejenis dan murtad adalah hal-hal yang dilarang oleh agama saya. Tapi rasa-rasanya kok nggak pantas ya untuk mengatakan bahwa mereka laknat dan menjijikkan, wong saya saja belum tentu lebih suci dari mereka.

Jika dihadapkan pada kenyataan tersebut, ya sejujurnya menerima keadaan mereka yang 'baru' bukan sesuatu hal yang mudah. Tapi sebagai teman atau orang dekat, mencoba menyesuaikan diri dan menghargai pilihan dibandingkan dengan membencinya adalah sesuatu yang diperbolehkan kan? Mungkin aja mereka memang menemukan 'kedirian' mereka dari perbuatan/pilihan mereka tersebut.

Soal dosa atau hukuman, ya itu hak prerogatif Yang Diatas. Gimana, ada yang nggak setuju?

Acceptance is not submission; it is acknowledgement of the facts of a situation.
Then deciding what you're going to do about it.
(Kathleen Casey Theisen)

No comments:

Post a Comment