Saturday, April 7, 2012

Tanda-Tanda Kiamatkah?

Pernah satu waktu, saya lagi nonton tipi. Saya lihat tayangan Reality Show, dimana teman SMA saya --model dalam acara tersebut-- ikut menjalani kehidupan kalangan-kalangan tidak mampu. Dalam tayangan itu, si teman yang dulunya cuek dan nggak mau ikutan baksos-baksos sekolah, ternyata mau ikut kehidupan yang 'nggak dia banget' dan bisa nangis bombay. Sebenarnya sangsi juga lihat dia begitu. Mungkin bisa aja karena skrip atau mungkin juga memang dia beneran sudah berubah. Dunno. Habisnya, ada scene yang sebenarnya nggak sedih dan nggak harus ditangisin tapi malah dibikin dramatisir. Kok kesannya gue malah sirik gini, ya?

Maksudnya gini lho. Bukan masalah si modelnya sih, tapi justru tayangannya.

Jujur, saya nggak suka sama acara yang menguak kesengsaraan-kesengsaraan orang-orang. Nggak tega lihatnya! Sudah jelas dia sengsara, sudah jelas hidupnya melarat, tapi malah dibesar-besarkan dengan kesedihan-kesedihan. Atau dulu ada acara tentang perbaikan rumah. Sudah jelas rumahnya jelek, eh diacak-acakin deh isi rumahnya, biar terkesan 'udah jelek, berantakan lagi'. Terus si empunya rumah, diajak nginep di hotel mewah, biar semakin kelihatan kampungan!

Ironisnya, banyak penonton-penonton tipi justru senang disuguhin acara begitu. Hanya bersimpati tanpa berempati. Disatu sisi mungkin niatnya baik,biar para penonton terketuk hatinya untuk membantu. Tapi kalau malah jadi eksploitasi kesengsaraan orang lain demi kepentingan komersil, miris juga kan?

Gambar copas dari Pesbuk Om Mice Carton

Lihat deh tayangan musik sekarang. Sudah mah musiknya begitu-begitu aja, ditambah host yang banyak ngelawak tapi nggak lucu sama sekali. Plus bonus alay-alay dengan joget 'cuci-jemur'nya. Kadang saya heran deh, mereka nggak sekolah atau kerja ya? Tiap pagi kok doyan banget nangkring di acara-acara musik dan orangnya itu-itu lagi. Untungnya, nggak semua channel nampilin tayangan musik begitu, masih ada kok yang menyuguhkan tayangan musik berkualitas. Thx God!

Jangan tanya soal sinetron deh. Sejauh yang saya ingat, sinetron yang paling bagus itu Si Doel Anak Sekolahan. Selain ceritanya bagus, sinematografinya juga oke. Kalau sinetron sekarang kan, pemeran utamanya tiap episode cuma tangis terus. Jangan-jangan kualifikasi untuk casting sinetron sekarang adalah; bisa nangis dan punya banyak stok air mata.

Pernah sekali-kalinya saya lihat sinetron remaja yang tayang jam 19.30 WIB dan nggak mau-mau lagi. Ada satu artikel yang membahas tentang sinetron itu;

"...Konflik remaja yang di tawarkan ternyata mampu memikat banyak penonton muda maupun dewasa. Pada Minggu kemarin, **** mampu menduduki tahta juara dengan dengan TVR 4.4 dan share 16.1%..."

Masa sinetron yang nampilin anak-anak SMA dengan seragam minim, bahasa nggak baik, dan perilaku nggak pantes dicontoh, bisa dapat rating tinggi sih?! Waduh, tanda-tanda kiamat ini mah!

NB: Curhatan ini muncul setelah saya nonton si teman SMA, baca Komik Opininya Bang Aji Prasetyo (di Bab III ada komik yang berjudul 'Sekolah Bangsa Itu Bernama Media'), nonton sinetron remaja itu, dan baca Mice Cartoon Online.

No comments:

Post a Comment