Warisan adalah harta peninggalan yang ditinggalkan pewaris kepada ahli waris. Warisan berasal dari bahasa Arab Al-miirats, dalam bentuk masdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsu-irtsan-miiratsan. Maknanya ialah berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain...
Langkahku menuju pintu depan terhenti, saat melihat Oma yang tengah sibuk dengan kertas-kertas di ruang tengah rumah kami. Ku putuskan untuk menghampirinya.
"Sedang apa, Oma?" tanyaku heran.
"Oh, Ratri. Oma sedang membereskan dokumen-dokumen pribadi. Lihat ini," Oma memperlihatkan satu bundel kertas penuh tulisan tangan. Oma memegangnya dengan hati-hati, karena sepertinya kertas itu sangat rapuh dan penuh bercak usang kecoklatan. "Ini tulisan yang Oma buat jika Oma rindu pada Opa-mu. Kamu tahu sendiri kan, jaman dulu tidak ada alat-alat komunikasi yang canggih seperti sekarang. Jadi setiap Opa bertugas ke tempat-tempat yang jauh, Oma hanya bisa menuliskan rasa rindu Oma dikertas ini. Lalu jika Opa pulang, Oma berikan tulisan ini." tutur Oma. Sesaat pandangannya menerawang. Mungkin ia rindu pada Opa. Sedari dulu, Oma selalu sabar menanti kepulangan Opa dari aktivitas bertugasnya sebagai seorang Angkatan Bersenjata. Tapi semenjak 5 tahun lalu, Oma berhenti menunggu, karena ia tahu bahwa Opa tidak akan pernah pulang lagi.
"Oma..." Aku mengambil satu kertas rapuh bertuliskan 'soerat nikah'. "Aku baru tahu, kalau ternyata usia Oma lebih tua lima tahun daripada Opa." Dengan hati-hati ku bolak-balik dokumen pernikahan yang masih menggunakan ejaan lama tersebut. Tahun 1960. Baru kali ini kulihat surat nikah setua ini, gumamku dalam hati.
"Iya, Opa waktu itu berusia 25 tahun dan Oma sudah 30 tahun. Entahlah, kenapa Opa mau sama Oma padahal usianya lebih tua. Sama saja seperti Tantemu, Ambar, dia juga menikah dengan Sigit yang usianya lebih muda 5 tahun." Oma bercerita sambil tangannya tetap sibuk merapikan kertas-kertas; ada surat tanah, sertifikat rumah dan lain-lain. "Terus anaknya, sepupumu itu, Si Mahesa, nikah juga sama Wanda. Padahal Wanda 7 tahun lebih muda lho dari Mahesa. Ah, Ibumu juga sama, usia Bapakmu kan lebih muda 4 tahun."
"Oh iya ya," aku mengangguk-angguk mengiyakan perkataan Oma katakan. "Lucu sekali, kok bisa kebetulan begini ya, Oma."
"Lho, mbok ya bukan kebetulan toh. Semua itu turunan dan warisan. Berasal dari silsilah keluarga paling atas. Dari Oma, lalu turun ke Tante Ambar dan Ibumu. Lalu ke Si Mahesa. Mungkin juga nanti lanjut ke adik-adiknya Mahesa, sepupu-sepupu kamu. Dan tentu saja berlaku untukmu dan adik-adikmu juga."
"Ah Oma ini, mana mungkin. Nggak mungkin lah aku sama brondong."
"Apa?"
"Brondong. Brondong itu sebutan untuk pasangan yang lebih muda, Oma."
"Ya apapun lah itu istilahnya. Buktinya, sampai usiamu yang hampir 30 tahun ini, kamu belum memperkenalkan calon suamimu ke Oma. Mau Oma kenalkan dengan cucunya temen Oma? Tapi tentu saja usia mereka lebih muda dari kamu."
"Ah Oma, kalau waktunya sudah tepat, nanti akan aku kenalkan kok." Handphone ku tiba-tiba berbunyi. Ada sms. Ku baca pesan singkat itu.
"Aku pergi dulu ya, Oma. Temanku sudah menjemput." Aku pamit dan mencium tangan Oma. Ku masukkan handphone ke dalam tas, kemudian merapikan dandananku dan melangkah menuju pintu depan.
___________________________________________________________________
"Aku hampir sampai. Tunggu di depan ya, sayang"
Sender: lelaki-25th +62817878234
Recieved: 11:16:04
Today
___________________________________________________________________
...Terkadang, warisan tidak selalu berupa harta.
No comments:
Post a Comment