Thursday, May 3, 2012

Cerita Sebelum Tidur Milik Yayang (3)

Pukul 23.16 WIB, Tahun 2012

Sudah hampir tengah malam, namun Yayang belum juga beranjak tidur. Yayang masih berkutat dengan laptop dan tumpukan pekerjaan yang berserakan disekitarnya. Ada kertas-kerja PR dari tempat kerjanya, ataupun kertas-kertas skripsi yang menunggu untuk direvisi. Di samping laptop ada secangkir kopi hitam yang belum sepenuhnya ia habiskan. Biasanya, tegukan kopi terakhir baru ia minum jika semua pekerjaannya sudah terselesaikan. Ritual wajib sebagai penutupan, katanya.

Tak jauh disampingnya, ada Ibu yang sedari tadi menunggu sambil membaca buku 'Sehat dan Bahagia di Usia Senja'. Buku yang dibeli Yayang dari kios buku murah didekat kampusnya. Di halaman 35, Ibu berhenti membaca. Mulutnya menguap dan matanya mulai sayu. 

"Mau tidur jam berapa? Sudah malam Yang." sahut Ibu seraya meletakkan buku 'Sehat dan Bahagia di Usia Senja' di rak buku milik Yayang.

"Bentar, Bu. Nanggung nih." jawab Yayang tanpa memandang Ibu.

"Giliran Ibu lagi ada waktu buat nginep dikosanmu eeh Ibu malah dicuekin. Tahu gini mendingan Ibu nggak usah nginep. Kasian Bapak ditinggal sendirian dirumah."

"Ihh Ibu, lagian ini kerjaannya banyak dan harus selesai malam ini juga. Bentar lagi ya, tinggal kirim email nih." Yayang tersenyum ke arah Ibu.

Ibu beranjak duluan ke tempat tidur ukuran double tanpa ranjang milik Yayang. Menarik selimut warna biru sampai menutupi setengah badannya. Membetulkan letak bantal, mencari posisi yang nyaman untuk tidur. "Dulu waktu kecil kamu susah banget disuruh tidur. Ibu mesti bolak-balik ke dapur bikin minuman ini-itu, baru setelah itu kamu tidur." Ibu memeluk guling disampingnya. "Kamu juga dulu bandel. Belum tengah malam, belum pulang! Bikin khawatir Ibu aja."

"Ibu, itu kan dulu. Nih sekarang aku udah nggak pernah pulang malam lagi, hehe." Yayang nyengir mengingat kenakalannya dulu saat remaja. Tangannya mengarahkan cursor menuju shut down. Menunggu beberapa detik, baru menutup layar laptop dan merapihkan berkas-berkas yang berantakan.

Setelah meneguk sisa kopi, ia menyusul Ibu ke tempat tidur. Membiarkan badannya yang lelah terhempas di kasur empuk kesayangannya.

"Sudah selesai semua kerjaannya?" tanya Ibu. Yayang mengangguk menjawab Ibu. Tangannya menutupi mulutnya yang menguap. "Gimana skripsi kamu? Eh, temen kamu itu apa kabarnya, kok nggak pernah cerita lagi. Oh iya, waktu itu Ibu ketemu sama temen SD kamu, tapi Ibu lupa namanya siapa. Itu tuh yang di dagu bawahnya ada bekas luka. Aduuuh, kalau udah tua suka jadi lupa deh." Yayang tidak segera menjawab. Ia asyik mendengarkan Ibu yang bertanya ini-itu. "Oh iya, Ibu belum minta pendapat kamu tentang masalah kemarin. Menurut kamu gimana? Ah, Ibu mah suka jadi pusing kalau mikirin itu. Bla bla bla...."

Semakin banyak Ibu berbicara, semakin senyum melebar di bibir Yayang. Ada kebahagiaan tersendiri bisa berada disamping Ibu diwaktu-waktu sebelum tidur. Kalau tidak sambil nonton televisi, biasanya waktu sebelum tidur dihabiskan Yayang sambil ngobrol-ngobrol dengan Ibu. Biasanya Ibu menanyakan kuliah atau kerjaan Yayang, menanyakan kabar teman-teman yang sering Yayang ceritakan, berbagi argumen tentang sesuatu hal, atau sama-sama mencari solusi jika ada permasalahan yang dihadapi keluarga. Bahkan sesekali, obrolan Ibu pun mengarah ke persoalan pernikahan. Kalau soal ini, seringnya Yayang mengeles dan meminta Ibu untuk mengganti topik obrolan.

Yayang menjadikan obrolan-obrolan sebelum tidur itu sebagai lullaby. Seolah-olah menjadi pengganti lagu nina-bobo. Kadang-kadang salah satu diantara mereka tidur duluan, sebelum yang lainnya selesai bercerita.

"Bu, kita tidur aja yuk, besok kan harus pergi pagi." ajak Yayang yang terpaksa menghentikan cerita-cerita Ibu. Untungnya Ibu tidak menolak. Dengan senang hati Ibu menghentikan pembicaraannya karena tubuhnya pun ingin segera diistirahatkan. Sekali lagi Ibu menguap. Merapihkan posisi selimutnya, lalu tertidur. Disusul oleh Yayang yang ikut memejamkan mata, seraya bergumam dalam hati: selamat malam, Ibu.

No comments:

Post a Comment